Sabtu, 23 November 2024

Kadis Pertanian Ingatkan Benih Porang Tidak Boleh Keluar Jatim

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Jokowi Presiden meninjau pabrik pengolahan Umbi Porang milik PT Asia Prima Konjac, di Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur, Kamis (19/8/2021). Foto: Biro Pers Setpres

Beberapa waktu yang lalu, Joko Widodo Presiden menginstruksikan Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian agar Porang jadi komoditas ekspor andalan baru Indonesia, karena bernilai ekonomi tinggi.

Di Madiun, Porang menjadi komoditas primadona untuk ekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya. Banyak warga berbondong-bondong beralih jadi petani porang karena modalnya ekonomis.

Dampaknya, Hadi Sulistyo Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim mengatakan, pada Juni hingga Agustus, banyak petani mengeluhkan sulitnya mendapatkan bibit porang.

Salah satu penyebabnya karena semakin banyaknya bibit porang menjadi incaran para petani yang saat ini semakin bertambah.

Untuk itu, ia kembali mengingatkan para petani dan pengusaha agar benih dan bibit porang tidak dijual keluar Jawa Timur terlebih dahulu.

Terutama benih Porang Varietas Madiun 1, yang merupakan yang pertama dan satu-satunya porang unggul di Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian.

Tidak hanya ke luar Jatim, dia juga menegaskan larangan benih porang tidak diekspor ke luar negeri, sesuai Pergub Jatim 30/2021 tentang Pengawasan Peredaran Benih Porang di Jatim.

Dalam Peraturan Gubernur yang ditandatangani Khofifah Indar Parawansa itu disebutkan, benih porang atau katak porang dilarang diekspor.

Porang, kata Hadi, hanya boleh diekspor ketika sudah panen dan diolah dalam bentuk chip (keripik) atau tepung.

“Dengan perkembangan komoditi porang ini, tentunya Ibu Gubernur berupaya mengamankan benih dan bibitnya supaya tidak ke luar Jatim dulu. Makanya ada Pergub untuk melarang benih porang ke luar, karena Jatim masih kekurangan. Saat ini pun petani kesulitan mencari benih karena banyak petani mulai banyak menanam porang,” kata Hadi kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (2/9/2021).

Untuk itu, Pemprov Jatim terus menjalin kerja sama dengan beberapa pabrik pengolahan porang di Madiun dan Pasuruan, agar porang lebih banyak diolah dalam bentuk bahan jadi.

Salah satunya seperti olahan porang menjadi beras Konnyaku. Beras Konnyaku terkenal memiliki daya serat tinggi, rendah kalori dan bebas lemak.

Hanya saja, porang harus diolah dengan menggunakan teknologi pabrikan, agar bisa menjadi beras sehat bernilai ekonomis tinggi.

“Yang over itu kan jadi bahan baku beras porang. Petani enggak bisa mengolah sendiri, harus ke pabrik agar jadi beras,” lanjutnya.

Selain itu, Hadi menyebut Khofifah Gubernur Jatim terus mengembangkan pabrik-pabrik kecil di 17 kabupaten/kota agar mempermudah pengolahan porang agar tidak dijual dalam bentuk mentah.

“Ibu Gubernur akan merencanakan membantu bagaimana pabrikan-pabrikan kecil itu berkembang melalui dana KUR atau diupayakan dengan kredit lain,” ujarnya.

Apalagi, saat ini, harga panen umbi porang anjlok. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim pun melakukan sejumlah strategi.

Pertama, mendorong petani porang mengatur jadwal panen atau menunda masa panen ke panen berikutnya supaya keuntungan yang diperoleh lebih besar.

Kedua, mendorong petani meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri dengan menjual umbi porang dalam bentuk keripik yang harganya lebih stabil.

Ketiga, meningkatkan kemampuan petani dalam pemanfaatan teknologi. Dan keempat, kemudahan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu saat puncak panen, harga porang anjlok dari sekitar Rp10-12 ribu per kilogram menjadi Rp6-7 ribu.

Nur Kolis, salah satu petani porang di Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan mengatakan, banyak petani memilih menjual porang dalam bentuk chips karena harganya relatif stabil kisaran Rp40.000 hingga Rp55.000 per kilogram. Sehingga dia bisa dapat laba lebih banyak.

Karena keuntungan yang menggiurkan itulah, juga karena kebutuhan modal yang tergolong ekonomis, warga Kabupaten Madiun yang menanam porang semakin bertambah. Itu bisa dilihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir.

Sesuai data Dinas Pertanian setempat, pada 2016 lalu hanya ada 1.484 hektare lahan porang. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 lalu mencapai 1.568 hektare.

Lalu pada 2019 lalu, luas lahan porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare.

Tren ini terus bertambah sampai pada 2020 kemarin luasan lahan porang menjadi 5.363 hektare, dan tidak tertutup kemungkinan akan terus bertambah.

Sentra budi daya porang juga sudah dikembangkan di 10 kecamatan dari sebelumnya hanya beberapa kecamatan saja.

Antara lain di Kecamatan Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Kecamatan Madiun.(tin/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs