Produk olahan bawang merah yang diproduksi salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menembus pasar di Jepang selama pandemi Covid-19.
“Pandemi bukan penghalang bagi kami untuk terus berkiprah dalam memajukan usaha, sehingga tidak hanya eksis dalam pasar lokal saja, permintaan pasar ekspor pun harus dipenuhi setiap tahunnya,” kata Nurul Khotimah pemilik UD Dua Putri Solehah, di Kabupaten Probolinggo, Senin (23/8/2021).
Pengusaha produk makanan olahan bawang merah asal Desa Tegalrejo, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo dengan merek dagangnya “Hunay” tersebut setiap tahun memenuhi permintaan pasar ekspor, terutama di Jepang.
“Ekspor telah menjadi target kami sejak awal usaha berjalan, sehingga banyak standar-standar yang sebelumnya harus dipenuhi seperti Good Manufacturing yang mengatur terkait tempat produksi, alur produksi, sanitasi dan sirkulasi, penerangan sampai keamanan produk saat proses produksi,” tuturnya, seperti dilaporkan Antara.
Ia mengatakan sebelumnya juga telah mempelajari seluruh prosedur dan regulasi perdagangan ekspor-impor yang didapat nya dari kegiatan trademart.
“Mulai dari bagaimana cara mencari buyer, prosedur dan proses tradingnya sudah cukup paham. Selain itu baru baru ini kami juga menjadi binaan Bank Indonesia dan berhasil menjuarai even bergengsi yakni bothcamp supplier to ekspor,” katanya.
Ia menjelaskan aalah satu kegiatannya adalah business matching dengan beberapa negara tujuan ekspor termasuk Thailand, namun belum bisa langsung memesan karena pihaknya belum memiliki dokumen Hazard Anaysis Critical Control Point (HACCP) yang menjadi syarat utama perdagangan ekspor.
“Ke depannya jika dokumen itu sudah kami kantongi, maka kami akan langsung menghubungi para Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang mengurusi ekspor di berbagai negara,” ujarnya.
Nurul menjelaskan Kementerian Perdagangan memiliki data base yang bisa diakses melalui ITPC terkait negara mana saja yang sedang membutuhkan produknya.
Berdasarkan rekapitulasi ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo bahwa sejak tahun 2019 sampai 2021, UD Dua Putri Solehah tidak pernah absen dalam mendukung pasokan pasar ekspor produk bawang goreng terutama untuk negara Jepang.
“Tahun 2019 tercatat ekspor sebesar 990 kilogram, kemudian tahun 2020 kapasitasnya naik menjadi 2 ton lebih dan pada tahun 2021 turun menjadi 1,8 ton,” kata Plt Kepala Disperindag Kabupaten Probolinggo Moch. Natsir.
Ia menyayangkan UD Dua Putri Solehah belum memiliki dokumen dan sertifikasi khusus untuk industri produk makanan (HACCP), sehingga belum bisa melakukan ekspor sendiri, padahal selain pengetahuan tentang ekspor impor sudah sangat memadai, dokumen-dokumen pendukung produknya sudah memenuhi syarat.
“Selaku fasilitator saat ini kami telah menjembatani komunikasi antara Disperindag Jatim dan Scuvindo selaku konsultan yang menerbitkan dokumen HACCP tersebut,” katanya.
Ia berharap penerbitan HACCP tahun ini bisa tuntas, sehingga tahun depan harapannya UD Dua Putri Solehah mampu ekspor sendiri tanpa melalui eksportir perantara.(ant/iss/ipg)