Tenaga kesehatan atau nakes akan mulai menerima vaksinasi dosis ketiga (booster) dengan platform Moderna. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah vaksinasi.
Dokter Muhamad Fajri Adda’i Praktisi Klinik, Edukator, Pengamat Kesehatan, sekaligus Relawan Covid-19 mengatakan, setiap orang punya reaksi berbeda terhadap vaksin.
“Reaksi-reaksi ini tidak terjadi pada semua orang, tergantung presentase masing-masing gejala jadi tidak perlu takut berlebihan,” ujar dr. Fajri dalam keterangan resmi yang dilaporkan Antara, Minggu (8/8/2021).
Data studi yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA pada 5 April 2021 memperlihatkan, dari sekitar 2 juta orang di Amerika Serikat yang disuntik Moderna, 70 persen merasa nyeri.
Kemudian dari jumlah yang sama, sebanyak 7,4 persen mengalami kemerahan, 13,6 persen bengkak pada bagian yang disuntik dan gejala sistemik sebanyak 51,7 persen.
Selain itu, ada juga gejala kelelahan (32,5 persen), sakit kepala (26,9 persen), myalgia atau nyeri otot (21,3 persen), panas dingin (10,3 persen), demam (10 persen), sakit sendi (9,8 persen), mual (8,1 persen), muntah (0,8 persen), diare (5,4 persen) dan nyeri perut (3,2 persen).
Dokter Fahri menjelaskan, jika ada 1,2 juta orang nakes yang akan disuntik vaksin Moderna, maka akan ada 70 persen dikali 1,2 juta orang yang akan mengeluhkan nyeri, 50 persen gejala sistemik, 30 persen kelelahan, 1,3 persen ruam pada kulit, dan sebagainya.
Fajri sendiri sudah mendapatkan suntikan pertama vaksin ini Jumat (6/8/2021) lalu. Dia bilang, 12 jam pertama belum merasakan reaksi apapun.
Pada 14 jam usai divaksin, barulah muncul sumeng dan panas dingin yang bisa ditahan. Setelah 24 jam, kondisinya membaik tetapi dua jam kemudian mengalami panas dingin dan malaise atau lelah dan tidak enak badan.
“28 jam setelah divaksin tidak tahan, akhirnya minum obat, lumayan. Tangan nyeri-nyeri karena reaksi lokal inflamasi. Dikompres dingin (agak) lumayan,” ujar dia.
Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengatur jadwal vaksinasi yang tepat agar tidak bersama-sama merasakan KIPI sehingga mengganggu pelayanan. Hal itu pernah terjadi di Swedia dengan Pfizer.
Reaksi kerja vaksin melalui saluran getah bening merupakan reaksi yang wajar dan umum ditemukan pada vaksin lainnya, tidak hanya Moderna yang diberikan pada otot (intramuskular).
“Jadi pembesaran limfonodi juga dapat ditemukan pada vaksin lain, hanya saja kejadian pada vaksin dengan platform mRNA yang reaktogenisitasnya kuat termasuk paling sering,” kata dr. Fajri.
Menurut dr. Fajri, setiap orang mengenal keadaan tubuhnya. Jadi jika memang merasakan nyeri di lengan akibat reaksi imun lokal, hindari mengendarai kendaraan untuk mencegah kecelakaan.
Kejadian miokarditis usai vaksinasi sangat kecil yakni 26 banding 1.000.000. Kasus yang tercatat, terjadi 4 hari setelah divaksin sehingga hindari olahraga berat di minggu-minggu pertama.
Sementara untuk meredakan gejala seperti demam, Pihak Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyarankan penerima vaksin banyak minum dan tidak pakai pakaian tebal.
Sementara untuk nyeri, bisa dengan mengompres dingin atau menggerakkan lengan yang nyeri.
Bila nyeri tak tertahankan, bisa meminum obat seperti Paracetamol. Tetapi bila masih bisa ditahan, sebaiknya Anda tahan karena obat-obatan anti-inflamasi bisa mempengaruhi respon imun.
Menurut Fajri, sebagai salah satu vaksin Covid-19 terbaik (efikasi 94,1 persen), Moderna juga memicu respon tubuh yang cukup kuat sekaligus antibodi tertinggi dibanding vaksin lain.
Kemudian, bila ada kecurigaan sesak napas, dada berdebar-debar, dan nyeri dada, sebaiknya konsultasikan pada dokter jantung agar Anda segera mendapatkan penanganan.
“Istirahat, minum, dan makan yang baik. Jangan begadang sebelum dan setelah vaksinasi hingga beberapa minggu ke depan. Hindari rokok, alkohol, dan zat-zat berbahaya lainnya,” ujar dr. Fajri.
Selain itu, pembentukan imunitas optimal membutuhkan waktu hingga satu bulan usai vaksinasi dosis pertama moderna, walau bervariasi untuk masing-masing individu.
“Sehingga diharapkan pola hidup sehat minimal selama itu baik pada dewasa muda maupun lansia,” kata dr. Fajri.(ant/iss/den)