Program Plasma Petra merupakan hasil dari tim yang terdiri dari mahasiswa, dosen, alumni dan dokter di Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, menjawab tingginya kebutuhan dan permintaan akan plasma konvalesen bagi pasien Covid-19, yang masih tinggi saat ini.
Plasma Petra (https://plasma.petra.ac.id/) adalah program inisiasi dari Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya sebagai bentuk perwujudan partisipasi gotong royong segenap sivitas akademika dalam penanggulangan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Melalui program Plasma Petra, calon pendonor yang terpanggil untuk mendonasikan plasma konvalesen untuk penanganan Covid-19 dapat dipertemukan dengan orang yang membutuhkan plasma konvalesen tersebut dengan lebih mudah. Platform ini dapat digunakan oleh semua orang yang membutuhkan di seluruh Indonesia.
“Kebutuhan akan plasma konvalesen bahkan menghiasi Instagram, WhatsApp, dan sosial media lainnya lengkap dengan contact person yang dibuka secara umum. Tidak sedikit juga hoax dan informasi simpang siur yang bertebaran. Dengan adanya platform ini, data-data tersebut disimpan secara baik dan hanya bisa digunakan dengan ijin dari pemilik datanya, sehingga lebih aman untuk masing-masing, kedua belah pihak,” terang Meilinda, S.S., M.A., Kepala Office of Institutional Advancement (OIA) UK Petra, Rabu (4/8/2021).
Di dalam platform ini, pengguna dapat masuk sebagai pendonor dan penerima donor. Untuk pendonor hanya dapat mendaftarkan dirinya sendiri, namun untuk penerima donor, dalam hal ini yang berperan sebagai narahubung dapat mendaftarkan lebih dari satu orang pasien. Para pengguna diminta mengisi form dengan jujur, yang berisi di antaranya alamat domisili, rumah sakit tempat pasien dirawat, serta golongan darah dan rhesus.
“Saat ada kebutuhan donor, maka sistem akan secara otomatis menampilkan daftar rekomendasi para pendonor yang cocok atau sesuai dengan kriteria pasien, mulai dari lokasi serta golongan darah dan rhesus. Narahubung dapat memilih calon pendonor kemudian menekan tombol request, setelah itu akan muncul notifikasi pada halaman akun pendonor. Pendonor nantinya juga bisa menerima dan menolak, jika menerima, nantinya akan ada tombol untuk menghubungi narahubung yang akan langsung direct ke whatsapp. Saat sudah memencet tombol hubungi, secara otomatis status pendonor tersebut akan tidak aktif, untuk menghindari penumpukan permintaan,” papar Bryan Elmer Cahyadi, Ketua Tim Teknologi Informasi Plasma Petra.
Ide awal pembuatan platform ini datang dari seorang alumni UK Petra bernama Danny Gho, yang percaya bahwa UK Petra dapat menjadi satu diantara solusi dari situasi pandemi serta kebutuhan akan plasma konvalesen saat ini. Bryan Elmer Cahyadi, Marselus Richard Gianto dan Michael Wong, yang merupakan mahasiswa Informatika UK Petra mengambil peranan sebagai tim teknologi informasi.
“Latar belakang dan tujuan dari Plasma Petra ini hanya satu yaitu: menolong, dan sebagai aktivitas murni yang didasari karena rasa kemanusiaan. Inilah satu diantara wujud dari apa yang bisa dilakukan oleh UK Petra, mahasiswa, dan dosen, serta segenap sivitas akademika UK Petra pada saat kondisi negara kita seperti saat ini,” pungkas Meilinda.(tok/ipg)