Jumat, 22 November 2024

Tracing di Jatim Juga Mengandalkan Aplikasi, Ini Kendalanya

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan

Dokter Kohar Hari Santoso Ketua Rumpun Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengungkapkan, salah satu kendala penelusuran kontak erat pasien Covid-19 adalah belum meratanya sinyal internet dan kecakapan digital masyarakat.

Dia menjelaskan, ada dua taktik yang dilakukan Satgas untuk melakukan tracing di Jatim. Secara digital menggunakan aplikasi Silacak, dan petugas tracing (tracer) datang langsung ke lokasi.

“Kalau hanya menggunakan aplikasi, tingkat keterjangkauan tidak gampang. Pertama dari jumlah penduduk, kemudian masalah akses terhadap gawai, dan juga di tempat seperti pegunungan itu handphone jadi tidak berguna karena sulitnya sinyal,” ujarnya.

Dia menyatakan itu dalam gelar wicara via aplikasi Zoom dengan Radio Suara Surabaya, Jumat (30/7/2021).

Beda halnya di kota besar seperti Surabaya dan Malang yang masyarakatnya sudah familiar dengan gawai dan sinyal internetnya cukup stabil, masyarakat di pedesaan di pegunungan kurang familiar dan sulit sinyal.

Hal itu, kata Kohar, menjadi kendala untuk cara pertama pelaksanaan tracing yang mengandalkan penggunaan gawai dan internet.

Sementara untuk cara kedua dengan terjun langsung ke lokasi penularan, cara ini memiliki keunggulan, salah satunya bisa sekaligus melakukan tes antigen terhadap kontak erat pasien konfirmasi positif.

Tapi kendalanya adalah kekhawatiran tentang risiko penularan terhadap para tracer, sehingga diperlukan adanya penyediaan alat pelindung diri (APD) yang tidak sedikit.

Secara umum, kendala utama pelaksanaan tracing adalah jumlah penduduk di Jatim yang sangat banyak, meskipun saat ini sudah ada 11.264 orang tracer di bawah komando Mayjen TNI Suharyanto Pangdam V/Brawijaya.

Belasan ribu tracer itu di antaranya terdiri dari kader Bintara Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), dan relawan.

Jumlah itu tidak akan mencukupi mengingat luas dan banyaknya penduduk di Jawa Timur. Karena itu tetap diperlukan peran aktif masyarakat untuk melaporkan kasus Covid-19 di wilayahnya dan meminta tracing ke puskesmas setempat.

Kementerian Kesehatan mencatat penelusuran kontak erat pasien Covid-19 atau tracing di Jawa Timur (Jatim) masuk kategori rendah.

Rata-rata tingkat tracing di Jatim masih di angka 1:4. Artinya ketika ada satu pasien terkonfirmasi positif dilakukan pelacakan terhadap empat kontak erat.

Di sejumlah provinsi lainnya, sudah ada yang mampu melakukan tracing dengan perbandingan 1:8. Sedangkan di Jatim sendiri, kemampuan tracing tertinggi ada di Surabaya, mencapai 1:11.

Tracing adalah salah satu faktor pengukuran transmisi atau tingkat penularan Covid-19 di masyarakat. Pengukuran transmisi adalah salah satu faktor penetapan level asesmen pandemi.

Menurut Kohar Tracing baru disebut memadai jika jumlah orang yang di-tracing lebih dari 14 orang per satu kasus Covid-19.(iss/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs