Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan sisa bangunan kuno beserta eksterior dan pelataran di Situs Liyangan, Kabupaten Temanggung, dalam penggalian yang dilakukan selama November 2018.
“Ekskavasi November kemarin hasilnya luar biasa. Kami menemukan bukan hanya sisa bangunan rumah yang bahannya dari bambu, kayu, ijuk, tetapi juga eksteriornya, sekaligus pelatarannya,” kata Sugeng Riyanto Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta dilansir Antara, Rabu (26/12/2018).
Dia mengatakan, petugas sudah mengambil sampel temuan bekas bangunan di situs itu untuk meneliti umurnya. “Sampel itu untuk mengetahui kronologinya kapan, namun kami menduga itu abad ke-9 karena di dekat situ ada guci keramik dari Dinasti Tang, di abad ke-9,” ujarnya.
“Kalau itu nanti bagian dari era pemujaan pasti merupakan tempat yang sangat khusus untuk prosesi, atau kalau itu nanti terbukti rumah hunian, yang menghuni itu pasti orang yang istimewa,” katanya mengenai sisa bangunan berukuran besar di situs Liyangan.
Pelataran bekas rumah berukuran besar di situs Liyangan itu, menurut dia, memiliki talut setinggi 1,5 meter.
“Dugaan kami, Liyangan dulu luasannya 10 sampai 12 hektare memang terbukti dan kebetulan lokasi itu sudah dibebaskan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah jadi kami leluasa melakukan ekskavasi,” katanya.
Peneliti selama ekskavasi juga menemukan komponen berbahan kayu dengan lebar hampir 0,5 meter dan tebal delapan sentimeter serta bambu istimewa dalam penggalian bekas bangunan yang berada di barat sungai tersebut. Semuanya sudah berbentuk arang.
Balai Arkeologi dengan bantuan ahli dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan meneliti temuan kayu bekas bangunan itu untuk mengetahui jenisnya. Mengutip informasi dari Fakultas Kehutanan UGM, Sugeng mengatakan, pada masa itu ada sekitar 10 jenis kayu yang sering digunakan untuk bangunan.
“Khusus untuk bangunan saya punya mimpi suatu ketika kita punya hutan khusus untuk pohon-pohon yang dulu sering digunakan untuk bangunan rumah. Kita buat hutan khusus yang jenisnya hanya itu saja dan nanti kalau mau membuat replikanya maka kayu sama jenisnya, selain itu hutan itu juga bisa untuk wisata,” katanya.
Dia menambahkan, petugas melindungi area tempat bekas bangunan dan pelataran di situs Liyangan dengan pagar pembatas karena kondisinya sangat rapuh. Warga yang ingin melihat bisa menyaksikannya dari luar pagar pembatas.(den/ipg)