Minggu, 24 November 2024

Indonesia-Belanda Perkuat Kerja Sama Pendidikan Melalui Proyek Green Education

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Henri Togar Hasiholan Tambunan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dan Ardi Stoios Braken Wakil Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Kerajaan Belanda untuk Indonesia. Foto: Istimewa

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan, Pemerintah Kerajaan Belanda sepakat untuk memperluas kerja sama bidang pendidikan vokasi melalui kick-off proyek Green Education yaitu revitalisasi Pendidikan Vokasi Bidang Pertanian sebagai perwujudan dari kemitraan komprehensif yang telah dimiliki oleh kedua negara.

Bentuk kerja sama ini ditandai dengan ditandatanganinya dokumen Technical Arrangement oleh Henri Togar Hasiholan Tambunan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dan Ardi Stoios Braken Wakil Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Rabu (30/6/2021).

Dokumen yang ditandatangani ini akan dijadikan dasar dalam proyek percontohan revitalisasi pendidikan vokasi di bidang pertanian kerja sama Indonesia-Belanda fase 2.

Wikan Sakarinto Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek mengatakan, Pemerintah Indonesia memiliki prioritas untuk mempercepat pertumbuhan sumber daya manusia yang unggul di masa mendatang (2020–2024) dengan mengembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) yang sebelumnya bernama Center of Excellence (CoE).

“Pendidikan vokasi sangatlah penting dan memainkan peran untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten. Ini menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan dan diperkuat dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0 secara konstan dalam mengikuti perkembangan teknologi terbaru,” ujar Wikan dalam sambutannya secara virtual.

Menurut Wikan, ini selaras dengan amanat Presiden Republik Indonesia dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia.

“Untuk itu, guna mendukung pengembangan SMK PK tersebut serta melihat potensi dan pesatnya pertumbuhan teknologi di sektor pertanian, Kemendikbudristek telah menambahkan pertanian dan inovasi berbasis teknologi ke dalam bidang prioritas revitalisasi program SMK,” jelas Wikan.

Terkait kerja sama dengan Pemerintah Kerajaan Belanda, kata Wikan, para pendidik dan peserta didik dapat berbagi pengetahuan tentang produk agrikultur dan pangan dengan negara tersebut.

“Untuk itu, kita dapat belajar kepada orang Belanda dalam bidang produk agrikultur dan produk pangan,” jelasnya.

Selain penandatanganan kerja sama, pada kesempatan ini dilangsungkan juga acara closing ceremony kerja sama Indonesia-Belanda fase 1 dalam pengembangan pendidikan vokasi bidang pertanian. Kerja sama Indonesia-Belanda fase 1 ini telah berlangsung selama 3 tahun sejak tahun 2018 sampai dengan 2021 dengan sasaran SMK Negeri 2 Subang dan SMK Negeri 5 Jember.

Implementasi proyek pada 2 SMK tersebut mencakup 4 aspek yaitu penguatan kelembagaan (institutional strengthening), pengembangan kurikulum (curriculum development), peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (capacity building/teacher training), dan perbaikan sarana prasarana.

“Saya sangat bersyukur bahwa hasil yang terekam menunjukkan pengaruh yang positif pada kedua sekolah dalam hal kompetensi, pola pikir, dan juga perilaku,” ungkap Wikan.

Dari proyek percontohan revitalisasi pada fase 1, Wikan mengakui bahwa kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Belanda telah mencapai hasil yang sangat baik dalam empat aspek tersebut.

“Kolaborasi mutual antara Indonesia dan Belanda telah menawarkan perspektif dan kesempatan baru bagi generasi muda untuk memilih jalur karir mereka sendiri dalam sektor agrikultur sebagai petani muda yang memegang pemikiran global dan memiliki ideologi Pancasila,” imbuh Wikan.

Dengan hasil positif yang didapatkan di fase 1, seluruh pemangku kepentingan yang terdiri atas Kemendikbudristek, Nuffic Neso Indonesia, Kementerian Pertanian, dan Kantor Staf Presiden sepakat untuk memperluas proyek kerja sama ke dalam fase 2 dengan sasaran sekurang-kurangnya 5 SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi dan Profesi dengan mengangkat tema “Green Education”.

Adapun ruang lingkup kerja sama fase 2 ini mencakup empat poin, yakni pengembangan teknologi dalam bidang pertanian, pengembangan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung peningkatan dan pemutakhiran kompetensi guru dan siswa, produksi pangan yang berkelanjutan yang juga sejalan dengan adaptasi perubahan iklim, dan prinsip zero waste, serta pengembangan citra pertanian yang lebih menarik bagi generasi muda sebagai sektor yang memiliki banyak kesempatan untuk inovasi di bidang teknologi.

“Melalui fase kedua dari proyek berkelanjutan ini, diharapkan kita bisa mencapai keberhasilan yang lebih besar lagi dalam mencapai objektif ini. Kita ingin menyaksikan entrepreneur muda dalam bidang agrikultur, softskills dan kompetensi sangatlah penting dan harus kita pertimbangkan serta harus diimplementasikan ke dalam kurikulum dan metodologi pembelajaran yang sesungguhnya,” tutur Wikan.

Kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Belanda yang telah dan akan dilaksanakan diharapkan dapat menyukseskan pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah khususnya di bidang pendidikan vokasi untuk menjawab kebutuhan SDM kompeten dan berdaya saing.

“Mari mulai fase kedua ini dengan SMK yang lebih banyak, dengan solusi yang lebih banyak di bidang agrikultur, dan dengan bersama-sama mencapai masa depan yang lebih baik,” tutup Wikan.(faz/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs