Dr. Bonnie Soeherman Dosen Universitas Surabaya (Ubaya) diundang menjadi narasumber dalam Virtual Gathering bertajuk Find Your Ikigai, rangkaian program Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa, Rabu (23/6/2021).
Sesuai topik yang diangkat, Bonnie yang juga sebagai trainer bisnis ini memberikan pengarahan dan berbagi kepada 99 peserta yang telah lolos seleksi tahap pertama Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa tentang apa itu Ikigai dan bagaimana cara menemukannya?
Sebelum mengenalkan Ikigai, dia menjelaskan pada peserta perbedaan antara sukses dan bahagia. “Seringkali orang itu confuse antara sukses dan bahagia,” katanya.
“Mari kita lihat sebenarnya dua paradigma, dua cara pandang yang perlu kita tanamkan sebelum teman-teman di sini melangkah menjadi calon pengusaha atau investor di masa depan,” tambahnya.
Menurutnya sukses adalah impian yang menjadi kenyataan. Contohnya ketika melakukan tes usap dan menginginkan hasil negatif, lalu terwujud, itu termasuk sukses. Sedangkan bahagia, kata dia, adalah state of mind.
“Kenapa ada orang yang mungkin secara materi berlimpah, dia bahagia? Ya, bisa jadi. Tapi kenapa ada orang yang pendapatnya hanya segede UMR tapi keluarganya bahagia? Ya karena bahagia adalah state of mind,” ujarnya.
Itu adalah dua hal yang harus mulai direnungkan oleh para peserta. Sebenarnya, yang mereka kejar adalah sukses atau bahagia?
“Menggapai sukses dengan cara bahagia. Itu yang ideal,” katanya
Untuk bisa mewujudkannya, peserta harus mengenal istilah Ikigai terlebih dahulu.
“Find your Ikigai, apa itu? Rahasia kecil bagaimana kita menjalani perjalanan hidup kita dengan lebih bahagia,” katanya.
Ikigai adalah istilah yang menggunakan Bahasa Jepang. Iki berarti live atau hidup, “gai” artinya effect, result, for, dan use.
“Jadi, kalau diterjemahkan secara sederhana, Ikigai adalah reason for living, reason for being,” katanya.
Menurutnya, ketika seseorang sadar hidupnya untuk apa, artinya dia tengah berusaha menggapai Ikigai-nya. Mengutip dari buku Ikigai karya Garcia dan Miralles, Bonnie mengungkapkan bahwa ada empat poin dasar pengimplementasian ikigai.
“Pertama what you love, apa yang saya cintai? Poin kedua, what you are good at, kamu itu hebat di mana sih? Apa sih kompetensimu? Ketiga, what the world needs, apa yang dibutuhkan oleh lingkunganmu, oleh duniamu, oleh masyarakatmu? Keempat, what you can paid for, kamu dapat apa sih? karena kita juga bicara dalam hidup kita juga butuh makan, beli beras pun ada harga yang harus kita bayar,” katanya.
Ikigai, kata Bonnie, mengajarkan bagaimana seseorang mengharmonikan keempat poin itu. Sedangkan bagaimana cara mengimplementasikan ikigai berdasarkan keempat poin itu? Bonnie pun melanjutkan sesi sharing-nya.
Untuk mewujudkan poin pertama, what you love, peserta bisa melihatnya melalui kegiatan yang dilakukan. Kegiatan apa saja yang ketika ia melakukan, ia merasa senang, menikmati, excited, tidak merasa terbebani atau merasa terkekang oleh waktu dan materi.
“Saking menikmatinya, itu adalah love,” katanya.
Pada poin kedua,peserta harus tahu kemampuan apa yang sedang dimiliki, kompetensi apa yang sedang diperdalam? “Kamu itu hebat dimana, sih? Bagaimana kompetensi yang kamu miliki sekarang dan apa yang sedang kamu perdalam sekarang?” Ujarnya.
Sedangkan pada poin ketiga, untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dunia, apa yang bisa peserta berikan kepada masyarakat, itu merupakan value atau nilai penting yang harus dimiliki para peserta.
“Ada gak sih dari yang saya buat itu memberi dampak? Kemudian untuk kita bisa memahami masalah dunia kita harus punya empati dulu, dan kerinduan untuk memperbaiki dunia. Intinya apa yang saya kerjakan apakah itu memberikan dampak positif terhadap masyarakat,” paparnya.
Untuk mengimplementasikan poin ke empat, peserta harus tahu kesejahteraan apa yang ia dapatkan, kelayakan imbalan apa yang dia dapat untuk menghidupi diri.
Bonnie juga memberikan berbagai tips untuk menemukan ikigai. “Pertama, merenung. betul-betul kita renungkan masa depan. Kita butuh waktu untuk self talk (berbicara dengan diri sendiri). Kenapa gagal di situ, kenapa berhasil di sana?” Katanya.
Kedua ia menyarankan para peserta untuk mencoba sesuatu yang menarik dan berani mencoba sesuatu yang baru. “Kemudian jujurlah, jangan mencoba untuk menjadi seperti orang lain. Anda adalah Anda. Belajarlah dari orang lain, tapi jangan pernah jadi orang lain. Jadilah dirimu,” ujar Bonnie.
Selanjutnya, dia juga menyarankan peserta untuk bertindak, tidak hanya ber-ide belaka.
“Make a step itu penting sekali, dan ketika kita bertindak, belajarlah untuk enjoying microflow. Ketika menulis proposal, esai, nikmatilah kata demi kata, huruf demi huruf. Itu adalah microflow. Ketika bekerja, berinteraksi dengan konsumen, nikmatilah momen itu, anda akan menemukan itu Ikigai anda atau bukan. Dan jangan pernah menjadi pribadi yang pensiun, selalu berdampak bagi orang lain,” katanya.(frh/den)