Jumat, 22 November 2024
Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa

Baru Lulus dan Memulai Karir Saat Pandemi, Helena: Segala Kerja Keras Akan Membuahkan Hasil

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Helena Aprilia seorang penari balet menjadi peserta Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa (IBMLB). Foto: Istimewa

Berawal dari mimpi sang ibunda memiliki putri seorang balerina, Helena Aprilia, peserta Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa (IBMLB), mengenal dan menggeluti dunia tari balet sejak umur lima tahun. Perempuan 24 tahun ini bahkan secara khusus mempelajari seni tari di National Taiwan University of Arts, Taiwan pada tahun 2015-2019 lalu.

Terlahir sebagai putri tunggal pasangan Leonardus Suprajitno dan Dian, tidak membuat Helen, panggilan Helena Aprilia, menjadi anak yang manja. Satu per satu tantangan saat belajar tari di luar negeri berhasil dia hadapi hingga lulus.

Kepada Suara Surabaya, Helen yang kini berprofesi sebagai balerina, pengajar, dan model foto ini menceritakan pengalamannya saat menempuh studi di Taiwan, pulang ke Surabaya, bekerja, dan memulai usaha sesuai passion-nya di tengah sulitnya masa pandemi.

“Aku bukan anak yang penuh dengan percaya diri, tetapi aku belajar banyak dan mulai berubah semenjak aku belajar menari. Lewat balet aku menemukan zona yang membuatku merasa nyaman dan lebih mengerti diriku sendiri,” kata Helen memulai ceritanya.

Helen tak memungkiri di balik keberhasilannya menjadi balerina ada dukungan penuh kedua orang tuanya. Mulai dari waktu, tenaga, hingga biaya. Namun itu semua tak cukup. Kegigihan dan kecintaan Helen pada seni tari adalah kuncinya.

Tempat les balet sudah seperti rumah keduanya. Selalu dia kunjungi setiap pulang sekolah hingga malam hari. Begitu terus sampai pada saat Helen duduk di kelas X SMA Santa Maria Surabaya, dia membulatkan tekad untuk kuliah seni tari ke luar negeri.

Bulan September 2015, enam tahun yang lalu, Helen berangkat menuju Taiwan ditemani kedua orang tuanya. Sebenarnya Taiwan bukanlah negara yang terlalu asing bagi Helen, tapi dia belum lancar berbahasa mandarin.

“Dengan modal mimpi dan pengalaman balet, aku berangkat tanpa rasa takut. Tetapi setelah di sana, hari berganti hari, aku semakin khawatir untuk berpisah dengan orangtuaku. Ini pengalaman pertama bagiku berpisah dengan mama dan papa untuk waktu yang begitu lama dan aku akan memulai hidupku di lingkungan yang baru,” ujar dia.

Semua jurusan perkuliahan di National Taiwan University of Arts fokus pada bidang kesenian. Namun, jumlah mahasiswa yang berasal dari Indonesia sangat sedikit. Total dari berbagai angkatan dan jurusan tak lebih dari sepuluh orang. Sebagian besar murid International berasal dari Malaysia. Di jurusan tari yang ditempuh Helen tidak ada orang Indonesia lain selain dia.

“Di awal tahun ajaran, banyak hal yang membuat aku kaget dan bingung. Banyak tarian dan gerakan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya, seperti tarian China dan kontemporer. Sedangkan teman-temanku sudah belajar dari kecil. Itu membuatku minder dan hilang kepercayaan diri dalam hal apa pun. Hampir setiap minggu aku menangis, pikiran tidak nyaman, membuatku menjadi anak yang pendiam, bahkan aku merasa jarang tertawa karena faktor tidak mengerti percakapan guru dan teman-teman,” tutur Helen.

“Tetapi lama-kelamaan, aku melihat teman-temanku bisa, juga guru-guru pun mau membantu, maka aku berusaha untuk maju dan menjalani semuanya dengan enjoy. Aku mengerti aku masih banyak kekurangan, tetapi yang lebih penting adalah aku telah mencoba sebisa mungkin dan rajin,” tambahnya.

Teman-teman yang baik, selalu menyapa, mau menjelaskan ulang materi di kelas, bahkan tidak segan mengajari gerakan-gerakan yang Helen belum bisa, membuat Helen bertahan.

Di tahun ketiga studinya, Helen menemui tantangan terbesarnya. Menulis skripsi dalam bahasa mandarin. Walaupun sudah banyak mempersiapkan materi yang akan dibahas, masalah bahasa tetap menjadi masalah terbesar.

Saat Helen bertanya kepada profesornya, ternyata profesornya juga merasakan hal yang sama saat bersekolah di Amerika. Saat itu mau tidak mau dia juga harus membuat skripsi menggunakan bahasa Inggris.

“Jika kamu berhasil menulis skripsimu dalam bahasa mandarin seperti teman-temanmu yang lainnya, perasaan bangga itulah yang tak ternilai bagimu,” ujar Helen menirukan ucapan profesornya. Kata-kata tersebut memacu Helen untuk menyelesaikan skripsinya, dibantu dosen pembimbingnya yang membantu Helen mengoreksi setiap kata.

Selama studi di Taiwan, sekali seminggu Helen juga mengajar balet di salah satu gereja Katolik dan pernah menjadi penerjemah.

“Saya tidak menyesal akan waktu yang padat, kurangnya waktu untuk jalan-jalan dan bersenang-senang, karena saya merasa apa yang saya lakukan ini benar dan berguna untuk masa depan saya nantinya. Dan saya merasa cukup bangga di tahun akhir studi saya, saya dapat memaksimalkan kemampuan saya dalam segala kesempatan yang ada saat itu,” kata Helen.

Selain belajar cepat bersosialisasi dengan orang asing, sebagai pelajar internasional, Helen juga menjadi bisa membedakan berbagai pribadi manusia dan kebudayaan berbagai negara.

“Pastinya aku jadi lebih mandiri dan berpikiran luas, juga belajar untuk kehidupan di masa mendatang sehingga jika suatu saat ditempatkan di negara manapun, kita bisa lebih siap dan sudah memiliki bayangan mengenai apa yang harus dilakukan di negara asing,” ujar dia.

Pulang ke Tanah Air dan Memulai Karir di Saat Pandemi

Memutuskan untuk pulang ke Surabaya di saat pandemi, menurut Helen, merupakan keputusan yang tepat. Meski dia sempat merasakan kesulitan dalam mencari dan memulai usaha, Helen memilih terus berkarya bersama teman-temannya lewat media sosial YouTube.

Akhir tahun 2020, Helen mencoba menunjukkan potensinya dengan mengikuti ajang pencarian duta budaya Tionghoa, pariwisata Jawa Timur, dan sosial bertajuk Koko Cici Jawa Timur 2020. “Puji Tuhan aku berhasil naik hingga tahap 6 besar finalis. Tahun 2020 memang berat untuk dilalui, tapi aku bersyukur melaluinya dengan hati yang sabar, dan bersama kedua orangtuaku,” kata Helen.

Tahun 2021 datang dengan berbagai kejutan dan perubahan besar dalam hidup Helen. Memulai tahun yang baru dengan bekerja sebagai pengajar bahasa mandarin, Helen juga memulai bisnis sendiri.

“Ballet Posture adalah kelas yang difokuskan untuk pembentukan postur tubuh yang lebih baik, menggunakan gerakan dasar dan teknik dalam balet. Kebetulan, aku mendapat tawaran untuk bergabung dalam studio fitness yang juga sama-sama masih merintis, selain itu aku juga menawarkan kelas privat datang ke rumah klien. Jadi hari-hariku semakin dipenuhi dengan kesibukan,” kata Helen.

“Memang bila dibandingkan dengan teman-teman lain, apa yang aku dapatkan saat ini tidaklah banyak, tetapi dengan apa yang aku rasakan, kepuasan dari para murid, serta kesetiaan orang tua yang selalu menemaniku, jauh lebih berharga. Hari-hariku masih jauh, mimpiku masih menunggu semoga apa yang aku lakukan saat ini, segala kerja keras akan membuahkan hasil. Selalu ingat kata-kata ini, jadilah orang yang suatu saat nanti kamu akan berterima kasih kepada dirimu yang dulu,” tambah Helen.

Di sela-sela kesibukannya, Helen masih melakoni hobinya yaitu menjadi model di berbagai pemotretan. “Sejak kecil aku hobi difoto. Karena ayahku hobi fotografi dan aku bisa balet, maka pose yang aku tunjukkan adalah pose balet dengan gaya melompat maupun kaki diangkat,” ujarnya.

Melalui program Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa (IBMLB), Helen ingin membagikan pengalamannya dalam menjalani pendidikan dan pekerjaan sesuai passion. “Tetap fokus untuk mencapai apa yang diinginkan. Kembangkan potensi diri,” kata Helen.

Helen berharap, dengan bergabung di IBMLB, dia bisa mengembangkan karir dan berada di lingkungan kawan muda yang inspiratif.

Sekadar diketahui, sebelumnya terdapat 130 peserta Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa yang mendaftar. Ada 99 peserta yang lolos tahap selanjutnya.

Program kolaborasi Suara Surabaya dengan Ubaya ini bisa menginspirasi Kawan Muda di tengah pandemi dengan tujuan membangkitkan semangat kepedulian khususnya kepada Indonesia.

Diharapkan ke depan Program Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa bisa menjadi wadah bagi anak muda yang memiliki prestasi, karya yang memberikan pengaruh positif baik pada keluarga, lingkungan, serta masyarakat guna mengembangkan soft skill.

Peserta yang lolos tahap selanjutnya kemudian mengikuti virtual gathering, personal development workshop, tes bakat minat dan konsultasi, serta diakhiri dengan leadership training dan awarding.

Peserta juga memiliki peluang mendapatkan beasiswa hingga 100 persen kuliah di Ubaya baik jenjang S1 maupun S2. Program Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa ini persembahan Suara Surabaya Media dan Universitas Surabaya (Ubaya) The First University In Heart And Mind, didukung Dealer Vespasatya PT Satya Mandiri Motors, dan JETE – Best For Your Gadget.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs