Sabtu, 23 November 2024

Jaga Imun dengan Menjadikan Olahraga Sebagai Gaya Hidup

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

dr Dewa Nyoman Sutanaya menganjurkan masyarakat untuk mengubah mindset mengenai olahraga, bukan lagi sebagai hobi, tapi sebagai lifestyle atau gaya hidup. Hal ini akan berdampak pada konsistensi berolahraga untuk bisa mendapatkan hasil terbaik.

“Kalau orang bilang olahraga itu menyehatkan, semua orang udah tahu, itu klise lah. Nah sekarang konsepnya kita ubah jangan menjadikan itu sebuah hobi dulu, tapi akan lebih baik kalau olahraga itu menjadi lifestyle (gaya hidup), bukan lagi hobi,” ujarnya pada Radio Suara Surabaya, Minggu (20/6/2021).

Karena kalau hobi, menurutnya, berkaitan dengan mood. Dikhawatirkan kalau gak mood gak olahraga. “Kalau lifestyle itu kan gaya hidup, gaya hidup itu kan makan kebutuhan makan sama juga kebutuhan olahraga. Jadi kalau secara prinsip diubah dulu dari hobi jadi lifestyle,” tambahnya.

Menurutnya, menganggap olahraga sebagai hobi juga membuat olahraga tidak bisa dilakukan secara konsisten, karena bergantung pada mood maupun kesenangan. “Jadi kalau sudah lifestyle itu seperti makan, sama seperti olahraga, pasti butuh olahraga, itu bisa membuat kita lebih konsisten,” ungkapnya.

Selain mengubah mindset olahraga menjadi lifestyle, ia juga memaparkan terkait risiko berolahraga bagi para pemula, khususnya mereka yang seringkali melakukan workout di rumah.

“Umumnya itu masalah gerakan, gerakan itu seperti apa. Kalau gerakan jaman sekarang itu sudah jauh lebih mudah karena ada youtube dan macam-macam untuk melihat gerakan-gerakan. Tetapi yang jadi masalah sekarang adalah durasi,” ungkapnya.

Ia mengatakan, kebanyakan para pemula masih beranggapan semakin lama durasinya, semakin baik.

“Padahal sebenarnya olahraga itu bukan dilihat di durasinya. Bukan kuantitas, melainkan kualitas. Biasanya dari durasi yang kelamaan meskipun gerakannya sudah dibenarkan tetapi karena durasinya lama malah jadi cidera,” kata juru bicara RS Royal Surabaya ini.

dr. Dewa menyarankan, bagi pemula yang ingin melakukan olahraga khususnya workout durasinya sekitar 30-45 menit atau maksimal selama satu jam.

Tak hanya durasi, ada juga faktor risiko lain yang membuat olahraga menjadi kurang berdampak maksimal, justru sebaliknya. Seperti orang yang mengalami obesitas dan orang yang berusia lanjut.

“Kalau obesitas gak bisa kita latihkan olahraga yang high impact, pilihannya low impact. Jadi misalnya dibandingkan jogging, lebih memilih bersepeda, lebih low impact. Kemudian orang yang usia sudah lanjut, ini sama, mereka gak bisa olahraga jogging atau naik turun tangga, mereka riskan di situ. Nah olahraganya misalnya berenang karena low impact, atau bersepeda,” jelasnya.

Sedangkan bagi orang tanpa keluhan dan masih muda, bisa melakukan olahraga apa saja, yang terpenting, menurutnya, adalah konsisten dan memerhatikan durasi.

“Kalau konsisten itu yang suka bolong, kalau durasi itu yang suka kepanjangan. Jadi dua hal itu yang seakan-akan olahraga itu gak ada manfaat, kok gak ada perubahan,” ucapnya.(frh/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs