Para pengungsi korban tsunami di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, mulai terserang penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare.
“Kami sudah dua hari terakhir ini mengalami batuk dan pilek serta sesak,” kata Rohayah, seorang pengungsi di Pos Pengungsian Kementerian Sosial GOR Futsal Labuan, Pandeglang, Jumat (28/12/2018)
Ia mengakui kemungkinan penyakit ISPA itu akibat minimnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) karena kondisi pengungsian tidak layak huni.
Warga yang mengungsi jika tidur harus berbarengan, sehingga rawan penularan penyakit menular itu.
Selain itu juga terdapat pengungsi yang mengalami gangguan pencernaan,sehingga mengalami diare dan sakit perut.
“Saya dan dua anak mengalami batuk-batuk dan pilek, juga terkadang diare,” kata Rohayah dilansir Antara.
Sedangkan Abdurohman, seorang warga pengungsian di Posko Induk Kementerian Sosia l mengatakan dirinya bersama keluarga sudah dua hari terakhir terserang penyakit ISPA.
Selain itu juga terdapat warga mengalami gatal-gatal.
Penyebaran penyakit menular itu diduga akibat tinggal di pengungsian yang tidak layak.
Apalagi, makan dan tidur berbarengan sehingga virus mudah menyebarkan.
“Kami bingung jika kembali ke rumah takut terjadi bencana susulan, sedangkan tinggal di pengungsian tidak layak,” katanya.
Sementara itu, Heni, seorang sukarelawan mengakui bahwa tempat pengungsian korban tsunami tidak layak, apalagi kondisinya juga kotor.
Selain itu, di sekitar lokasi pengungsian bau tidak sedap begitu menyengat.
Apalagi, sejak hujan seharian kondisi pengungsian bisa menimbulkan berbagai penyakit menular.
“Kami meminta pemerintah dapat mencari tempat yang bersih dan layak huni agar terhindari dari penyakit menular,” tandas Heni.(ant/tin/ipg)