Sabtu, 23 November 2024

Orasi Ilmiah Megawati Singgung Kemajuan Teknologi dan Penjajahan Gaya Baru

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Megawati Soekarnoputri Presiden RI Kelima saat pengukuhan gelar profesor kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Jumat (11/6/2021). Foto: Istimewa

Megawati Soekarnoputri Presiden RI Kelima menyebut teknologi kloning sebagai salah satu perubahan besar yang bisa mendisrupsi kehidupan manusia. Sehingga dibutuhkan kepemimpinan strategik untuk memastikan hal tersebut tidak sampai menjauhkan manusia dari nilai-nilai kemanusiaan.

Megawati menilai, revolusi di bidang genetika bisa mengubah keseluruhan lanskap kehidupan ke arah yang tidak bisa dibayangkan kalau sampai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut jauh dari nilai kemanusiaan.

Hal itu disampaikan Megawati dalam orasi pengukuhan gelar profesor kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Jumat (11/6/2021).

“Teknologi rekayasa genetik seperti kloning misalnya, di satu sisi dapat menjadi pendorong kemajuan manusia terutama dalam keamanan pangan dan kesehatan. Namun, aplikasi teknologi kloning tanpa landasan etika dan moral, akan membawa dampak yang mengancam kemanusiaan itu sendiri,” ujarnya.

Menurutnya, dengan kemajuan dalam penguasaan kode genetik bukan cuma ketidaksempurnaan alam yang akan dikoreksi. Tapi juga akan lahir inovasi sel dan organisme buatan yang tidak pernah ada sebelumnya di muka bumi.

Dengan rekayasa genetik, dunia pangan sedang menunggu tanaman super yang lebih produktif, tahan penyakit dan lebih kaya nutrisi. Dengan teknologi yang sama, kemampuan organ manusia dapat ditingkatkan. Sehingga usia harapan hidup manusia semakin meningkat dengan kualitas hidup yang diharapkan lebih baik.

“Namun, kesemuanya membawa implikasi yang luas, bahkan menyangkut substansi dasar tentang karya penciptaan, jika manusia tidak diingatkan tentang tanggung jawab sosialnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Megawati menyampaikan disrupsi lainnya adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia yang menjadi mata air bagi kemunculan teknologi baru seperti rekayasa atomik.

Dalam bidang militer, Megawati membeberkan manusia masa kini bisa merasakan dampak dari Revolution in Military Affairs (RMA) yang lahir sebagai perpaduan antara command, control, communication, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance (CSISR).

Di satu sisi, semuanya memperhebat perkembangan teknologi ruang angkasa dan persenjataan modern dengan tingkat presisi serta kecepatan. Tapi, di saat sama juga memiliki daya hancur yang semakin menjadi ancaman serius bagi peradaban umat manusia.

Begitu juga dengan kemajuan dalam teknologi wireless power, nanotechnology, dan kehadiran Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang dikenal dengan teknologi drone.

Kesemuanya merupakan bagian dari kelanjutan revolusi teknologi informasi, Internet of Things, Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan), komputasi Cloud, Analisis Big Data, dan lain-lain.

“Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagaimana kini muncul aktor non negara dengan seluruh kekuatan informasi dan data yang begitu kuat, yang bisa mengubah opini dan preferensi secara masif penduduk dunia,” urai Megawati.

Selanjutnya adalah disrupsi akibat kemajuan di bidang teknologi realitas virtual. Dengan begitu, seseorang bisa menikmati pengembaraan ke seluruh pelosok dunia bahkan ke luar angkasa tanpa meninggalkan rumahnya sama sekali.

“Teknologi itu pada gilirannya akan memungkinkan seseorang untuk hadir di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan. Tentu itu akan membawa dampak sosial yang luar biasa,” sebutnya.

Bagi Megawati, tantangannya makin besar saat perubahan hadir dalam realitas dunia yang masih diwarnai berbagai bentuk ketidakadilan akibat praktik penjajahan gaya baru.

Tapi, esensinya masih sama, yaitu perang hegemoni, perebutan sumber daya alam, dan perebutan pasar.

“Di sinilah kepemimpinan strategik harus memahami aspek geopolitik tersebut, guna memperjuangkan bumi sebagai rumah bersama seluruh umat manusia,” tegas Megawati.(rid/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs