Sabtu, 23 November 2024

Anis Matta Dorong Pertemuan Jokowi-Erdogan di Jakarta Atasi Konflik Palestina

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Foto: Faiz suarasurabaya.net

Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mendorong Joko Widodo (Jokowi) Presiden dan Recep Tayyib Erdogan Presiden Turki melakukan fungsi mediasi mengajak faksi Fatah dan Hamas berdamai dalam penyelesaian konflik internal di Palestina.

Jakarta, kata dia, bisa menjadi episentrum pertemuan itu. Sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

“Pak Jokowi dan Erdogan bisa mengambil inisiatif pertemuan Kalau Pak Jokowi mengundang Erdogan datang, Jakarta akan menjadi episentrum perbincangan perdamaian di seluruh dunia. Ini entry pointnya,” kata dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/6/2021).

Menurut Anis, sebagai dua negara Islam yang besar, Indonesia dan Turki pasti akan didengar oleh semua kekuatan yang ada di Palestina. Indonesia harusnya bisa jadi juru damai kekuatan-kekuatan perlawanan di Palestina, khususnya antara Hamas dan Fatah.

“Kita bisa undang Fatah, undang Hamas dan kelompok-kelompok lain di Indonesia. Saya kira para pejuang Palestina setuju dengan ajakan itu,” jelasnya.

Anis menegaskan, isu Palestina bisa menjadi titik masuk yang paling bagus untuk meningkatkan posisi diplomatik dan posisi kemanusiaan Indonesia

“Saya ingin meringkas posisi Indonesia dalam dua posisi. Pertama, posisi diplomatik dan posisi kemanusiaan. Tidak ada isu yang bisa menyatukan dunia Islam seperti isu Palestina,” kata dia.

Pada posisi diplomatik khususnya forum-forum internasional seperti PBB, Indonesia harus menggugat solusi dua negara (two-state solution), serta kemungkinan upaya mendorong pembubaran negara zionis Israel, meski tidak populer.

Artinya, penyelesaian konflik harus berdasarkan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan. Sebab, kata Anis, solusi dua negara merupakan sikap awal pemerintah Indonesia sejak era Soekarno dalam upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel.

“Pada dasarnya kita setuju dengan solusi dua negara dan itu sikap Indonesia secara umum. Tapi, kalau kita membuat prediksi tentang masa depan negara ini, Indonesia pada dasarnya bisa ikut memelopori perbincangan hal itu,” ujarnya.

Sedangkan mengenai posisi kemanusiaan, pemerintah Indonesia seharusnya memberi bantuan kemanusiaan kepada Palestina. Sebab isu Palestina sekarang bukan lagi sekedar isu agama, tapi berkembang lebih luas menjadi isu kemanusiaan

“Saya ingat waktu saya masih jadi pimpinan DPR bidang anggaran, kita memberikan bantuan resmi dari APBN untuk Palestina. Bantuan lebih besar juga dari masyarakat dan pemerintah memfasilitasi mereka dengan memudahkan penggalangan dana dan mengantarkan mereka menyalurkan dana itu,” kata Anis.

Sementara, Imron Coton Mantan Diplomat Senior mendukung penuh ide Anis Matta agar Indonesia lebih aktif meningkatkan perannya dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

“Saya senang sekali Pak Anis Matta mengatakan Indonesia itu harus aktif. Saya juga setuju Indonesia setidak-tidaknya menjadi penengah antara Hamas dan Fatah, sehingga ketika berhadapan dengan Israel, Hamas dan Fatah bisa bersatu,” kata Imron.

Hal itu, kata Imron, bagian dari peran Indonesia dalam menjaga ketertiban dunia dan menghapuskan seluruh penjajahan dari muka bumi karena tidak sesuai perikemanusiaan, seperti yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina.

“Itu tugas konstitusi kita sebagai bagian dari masyarakat internasional, dan memberikan dukungan ke Palestina juga bagian dari solidaritas kemanusiaan. Indonesia juga menerima bantuan ketika tsunami dari Australia dan Amerika. Sebagai dubes, saya orang pertama yang memasukkan kontingan militer Australia untuk membantu tsunami Aceh,” ungkapnya.

Komaruddin Hidayat Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia mengatakan, ide untuk mempertemukan Fatah dan Hamas di Jakarta merupakan tawaran yang realistik, karena di antara mereka selama ini saling curiga, sehingga tidak bisa bersatu dalam melakukan perlawanan terhadap Israel.

“Orang Israel yang sehat dan waras juga sudah lelah. Dengan perang ini, APBN 70 persen untuk senjata dan mereka siang malam enggak bisa nyenyak tidurnya. Yang paling ditakuti Israel itu adalah senjata demografis dari Palestina, dimana setiap anak lahir itu ibarat peluru kendali yang siap menyerang dan ditakuti,” kata Komaruddin.

Yuli Mumpuni Widarso Ketua Bidang Kerja Sama Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) menambahkan, MUI sudah menggelar rapat dengan Wali Kota Hebron secara daring, kemarin, untuk ikut menyelesaikan masalah Palestina.

“Kami ngobrol-ngobrol tadi malam (dua hari lalu, red), muncul ide untuk mempertemukan para ulama dari Fatah dan Hamas. MUI  berinisiatif untuk menfaslitasi mempertemukan ulama-ulama Fatah dan Hamas. Mudah-mudahan dengan dukungan semua pihak, kita bisa melaksanakan ini,” kata mantan Dubes Indonesia untuk Spanyol ini.(faz/frh)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs