Nama Errol Jonathans sudah sangat familiar di dunia radio tanah air, khususnya area Jawa Timur. Direktur Utama Suara Surabaya itu populer sebagai praktisi dan konsultan komunikasi massa.
Saya, Farid Kusuma, bukan karyawan Suara Surabaya yang sering bertemu dan komunikasi tatap muka dengan Pak Errol Jonathans, karena keseharian saya di Jakarta, sementara beliau domisili di Surabaya.
Sejak bergabung tahun 2016 di SS, beberapa kali saja saya jumpa beliau di Jakarta, salah satunya momen acara HUT ke-74 RI, 17 Agustus 2019, di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Waktu itu, beliau datang bersama Ibu Bernadette Nunung Jonathans, istrinya, memenuhi undangan Joko Widodo Presiden.
Walau statusnya Direktur Utama, beliau bukan tipikal bos. Beliau dan istri datang tepat waktu, sekitar pukul 07.00 WIB, tanpa minta jemput, dan begitu pula pulangnya tidak minta diantar.
Begitu datang, beliau kontak saya via telepon. Beruntung pagi itu sinyal belum diacak Tim Paspampres.
Saya langsung jemput beliau dan istri di Pintu Masuk Istana Kepresidenan. Saya sempat kenalkan beliau ke personel Paspampres yang kebetulan hari itu tugas menjaga pintu gerbang.
Beberapa orang protokoler Presiden dan staf Sekretariat Presiden yang ada di lokasi juga saya kenalkan ke beliau.
Sambil jalan, saya ngobrol ringan sama beliau dan istri. Saya mau bantu bawakan tasnya, tapi beliau menolak dengan alasan tidak mau merepotkan.
Seingat saya, beliau cuma minta saya ambil foto dirinya bareng istri dengan latar belakang Istana Merdeka yang penuh sesak tamu undangan, sebelum duduk di tempat tamu yang disediakan.
Selesai saya antar beliau ke lokasi duduk tamu, sinyal telepon mulai diacak. Saya pun tidak bisa berkomunikasi via ponsel.
Beberapa menit acara selesai, rupanya beliau dan istri sudah keluar dari Istana Kepresidenan.
Saya justru dapat info beliau keluar istana dari Paspampres yang jaga pintu gerbang, sesudah pengacak sinyal dimatikan.
Saya pun langsung telepon beliau. Saya minta maaf karena nggak sempat mengantar beliau dan istri.
Tapi, beliau nggak marah. Beliau malah minta saya tetap di lokasi, melanjutkan tugas meliput acara di Istana Kepresidenan.
Kesan lainnya pada sosok Pak Errol, setiap perayaan hari keagamaan, saya dan beliau selalu bertukar ucapan selamat lewat WhatsApp. Itu menandakan sifat beliau yang sangat toleran.
Perhatian beliau sebagai pemimpin perusahaan juga saya rasakan waktu saya dan istri terinfeksi Covid-19.
Seminggu sekali beliau selalu menanyakan perkembangan kondisi saya dan istri yang menjalani perawatan di RSDC Wisma Atlet.
Beliau juga menawarkan obat-obatan yang bisa dikonsumsi untuk mengurangi gejala sakit.
Waktu saya dan istri selesai perawatan, beliau pun menyatakan turut senang, dan meminta saya untuk tetap menjaga kesehatan.
Kamis (13/5/2021), beliau menyampaikan pesan ucapan selamat Idulfitri di grup kantor, sekaligus menginfokan kondisi kesehatannya yang merosot.
Kemudian, lewat WA saya menanyakan kondisi kesehatan beliau serta menyampaikan harapan supaya beliau segera sehat.
Beliau pun merespon, dan bilang akan menjalani pemeriksaan lengkap, hari Sabtu (15/5/2021).
Ternyata, itu pesan WA terakhir dari beliau. Selasa (25/5/2021), Tuhan memanggilnya pulang sesudah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit
Oh… pastinya begitu banyak orang yang merasa kehilangan karena entah berapa banyak yang sudah mendapat curahan ilmu, perhatian juga cinta kasih Pak Errol.
Selamat jalan menuju swargaloka, Pak Errol. Terima kasih sudah menjadi mentor, pemimpin, bapak, sekaligus kawan buat saya… with love, Farid Kusuma.(rid/iss/rst)