Serangan jantung saat bersepeda bukan kasus pertama yang pernah terjadi di Indonesia. Minggu (23/5/2021) pagi ini, pesepeda tanpa identitas ditemukan meninggal dunia di turunan Layang Trosobo, tepatnya di Desa Bringinbendo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Sebelumnya, sempat viral juga di media sosial pesepeda yang mendadak meninggal di kawasan Monas pada Senin 25 Mei 2020 lalu. Dokter menjelaskan kematian mendadak yang dialami pesepeda itu dapat berkaitan dengan penyakit jantung yang dideritanya.
dr. Andrianto, Sp.JP Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah menjelaskan, pentingnya melakukan skrining kesehatan terutama jantung, sebelum melakukan aktifitas olahraga dengan intensitas tinggi. Begitu juga saat olahraga bersepeda.
Suasana yang menyenangkan saat bersepada, terkadang membuat pesepeda tidak merasakan lelah atau sakit. Jika gejala tersebut tidak dirasakan dan aktifitas bersepada tetap dilanjutkan, maka risiko terkena serangan jantung bisa menimpa siapapun.
“Para pegowes ini kalau sudah berkelompok, ini kan terkadang lupa. Happy bersama-sama, lelah dan sakit tidak terasa. Ini justru membahayakan,” kata kata dr.Andrianto kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (23/5/2021).
Dokter sekaligus Kaprodi Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Unair itu juga menyoroti, sekitar 80 persen kasus pesepeda yang meninggal mendadak karena jantung menimpa mereka yang berusia lebih dari 35 tahun. Lebih spesifik, ia menyebut sebagian besar penyakit jantung koroner banyak menyasar mereka yang berusia lebih dari 40 tahun.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya melakukan skrining kesehatan jantung sebelum bersepada. Tujuannya agar mereka mengetahui batasan-batasan aman saat bersepeda.
“Jadi pas check up, biasanya treadmill lalu diawasi oleh dokter. Nanti diketahui, seberapa kemampuan fisik kita dan apakah benar kalau ada beban, tidak ada masalah dengan jantung. Tahu batasan-batasan olahraga dengan aman, ada panduan,” tambahnya.
Dalam skrining kesehatan, nantinya pasien dapat mengetahui apakah mereka menderita kolestrol tinggi, diabetes, hipertensi, obesitas, memiliki keturunan yang menderita jantung koroner hingga riwayat merokok atau tidak. Karena berbagai penyakit itu, lanjut dr.Andrianto, bisa menjadi pemicu yang dapat membahayakan saat berolahraga dengan intensitas tinggi.
Ia mengatakan, orang yang biasa melakukan gerak fisik atau olahraga sedang tetap dapat menyehatkan organ-organ tubuh. Ia menceritakan, dalam sebuah penelitian, kondektur bus bertingkat di London, Inggris memiliki risiko penyakit jantung lebih rendah daripada sopir bus. Ini dikarenakan aktifitas fisik sedang yang rutin dilakukan dalam bekerja.
Ia juga menyarankan, durasi yang aman untuk para pesepeda adalah tidak lebih dari 45 menit dengan kecepatan maksimal 15 km/jam tergantung kondisi jantung masing-masing.
“Olahraga bersepeda yang baik sebenarnya yang kecepatan 14-15 km/jam dengan durasi waktu 30-45 menit. Itu akan bagus,” tambahnya.(tin/rst)