Thuzar Wint Lwin dari Myanmar mendapat predikat Best National Costume di Miss Universe 2020. Kostum yang dikenakan Lwin merupakan salah satu pakaian etnik Myanmar yang khusus dikenakan wanita Chin pada upacara adat.
Embran Nawawi, desainer asal Surabaya melihat kemenangan National Costume dalam ajang Miss Universe 2020 karena konsep busana yang dikenakan adalah busana daerah di negara tersebut.
“Hampir semua dari peserta menggunakan nasional kostumnya, berupa busana dengan konsep yang dibuat khusus untuk merepresentasikan negaranya masing-masing,” jelas Embran.
Kemenangan Miss Myanmar dalam kategori kostum nasional mendorong Embran Nawawi mengangkat satu dari beragamnya busana daerah di Indonesia untuk tampil lebih elegan sebagai kostum nasional.
Embran pun mencoba mengangkat busana daerah dari Madura yang cukup ikonik, yaitu Sakera dan Marlena.
“Busana khas Madura sudah sangat dikenal melalui sejak dahulu kala, busana prianya, Sakera dikenal dengan busana Tukang Sate, yang juga sempat dipakai oleh Miss Grand Indonesia di ajang international,” kata Embran.
Untuk busana Marlena, Embran menuturkan, jika busana Marlena masih dikenakan oleh wanita Madura dalam beberapa perayaan budaya. Busana ini, terdiri dari kebaya berwarna merah dengan kain batik. Dilengkapi dengan sanggul teleng atau sanggul miring, binggel atau gelang kaki, dinnar atau peniti emas berbentuk uang dinar, dan gibang atau giwang yang juga terbuat dari emas.
“Gaya busana daerah seperti ini kemudian saya rubah, tanpa mengurangi esensi dari gaya Marlena tersebut, dengan membuat kain batik merah saya buat mengembang, dan berekor, kemudian kebaya merahnya dibuat lebih modern untuk memberi kesan gaya busana masa kini, yang dilengkapi dengan aksesoris emas dari kepala hingga kaki,” jelasnya.
Embran juga merubah gaya busana Sakera. Yang identik gaya tukang sate atau carok berupa baju hitam hitam dengan kaos garis merah putih.“Pertama saya mengganti pesak atau jaket sederhana berwarna hitam, dengan kemeja transparan dari bahan lace, yang bertujuan agar masih bisa mengangkat bhelleng, atau kaus merah putih untuk tetap terlihat.
“Bagian celana yang biasa disebut ghombor tidak diganti, tetapi ditambahkan dengan kain batik yang serupa, dengan batik Marlena, sabuk jampang diganti dengan obi berwarna hitam putih. Penampilan Sakera ini tetap dilengkapi dengan odheng atau ikat kepala dan pecut yang seharusnya celurit,” jelasnya.
Dengan sedikit merubah gaya berbusana daerah Madura, Sakera dan Marlena, kata Embran, dapat dilihat perubahan untuk kembali dikenalkan kepada anak muda se- Indonesia, bahkan bisa juga untuk menjadi alternatif National Costume dalam ajang Internasional. “Karena sebenarnya, busana adalah sebuah artefak hidup yang berkembang sesuai peradaban manusia di setiap zaman,” tegas Embran. (man/iss)