Jumat, 22 November 2024

Stafsus Presiden: Perekonomian Indonesia Mulai Bangkit di Tengah Pandemi

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Laporan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Triwulan I-2021. Foto: BPS Jatim

Arif Budimanta Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi menilai, arah perekonomian Indonesia di tengah masih mewabahnya Covid-19 terus menunjukkan perbaikan.

Walau pertumbuhan ekonomi di kuartal I Tahun 2021 mengalami kontraksi 0,74 persen, dia menilai tren menunjukkan arah positif dari kuartal-kuartal sebelumnya, seperti Kuartal II 2020 -5,32 persen, Kuartal III 2020 -3,49 persen, dan Kuartal IV 2020 -2,19 persen (yoy).

Selanjutnya, pertumbuhan di kuartal II, III dan IV tahun ini diproyeksikan berada di zona positif. Sehingga, ekonomi Indonesia tahun 2021 secara akumulatif akan tumbuh positif dibandingkan tahun 2020.

“Rilis BPS tadi pagi menyebutkan ekonomi Kuartal I 2020 tercatat tumbuh -0,74 persen. Waktu itu, kondisi perekonomian praktis belum terkena dampak pandemi mengingat kasus pertama Covid-19 di Indonesia terdeteksi 2 Maret 2020. Bahkan, sempat terjadi penguatan aktivitas ekonomi pada akhir Maret 2020 akibat adanya panic buying atas beberapa jenis barang tertentu, terutama produk kesehatan dan kebutuhan pokok setelah terjadi pandemi,” ujarnya melalui pesan elektronik, Rabu (5/5/2021).

Sesudah setahun berlalu, lanjut Arif, ekonomi Indonesia mampu bertahan dari tekanan. Selisih tipis, sebanyak -0,74 persen secara tahunan dibanding masa sebelum pandemi.

Menurutnya, hal itu menunjukan perekonomian Indonesia sanggup bertahan, dan dia optimistis ekonomi nasional akan segera masuk zona positif.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), 64,56 persen PDB, lapangan usaha di Triwulan I (yoy) berasal dari Industri, pertanian, Perdagangan, konstruksi dan pertambangan.

“Indikator tersebut mengindasikan sektor riil sudah bergerak lebih produktif dibanding waktu sebelumnya. Selain Itu, kita juga melihat neraca perdagangan kita surplus di kuartal I dengan ekspor tumbuh 6,74 persen, dan Impor terkendali Tumbuh 5,27 persen,” paparnya.

Lebih lanjut, Arif merujuk data BPS yang menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh -0,74 persen (yoy).

Pertumbuhan menurut pengeluaran terdiri atas pertumbuhan konsumsi sebesar -2,23 persen, investasi -0,23 persen, belanja pemerintah 2,96 persen, ekspor 6,74 persen, dan impor 5,27 persen.

“Melihat rincian pertumbuhan berdasarkan pengeluaran tersebut, harus diakui pandemi Covid-19 masih menekan perekonomian baik dari sisi supply mau pun demand. Sehingga, pemerintah terus bekerja sama dengan otoritas moneter untuk mempertahankan dan melakukan perbaikan,” tegasnya.

Joko Widodo Presiden, sambung Arif, optimistis perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh positif pada kuartal kedua dan kuartal berikutnya di Tahun 2021.

Untuk memastikan target itu tercapai, penanganan pandemi harus dilakukan sesuai protokol untuk mempertahankan tren penurunan kasus aktif dan penularan wabah Virus Corona di Indonesia.

“3M tidak boleh diabaikan, jangan mudik, belanja lebih baik secara online, selain vaksinasi akan terus digenjot pemerintah. Selain itu, daerah perlu mempercepat serapan anggarannya masing-masing,” katanya.

Presiden juga sudah meminta kepala daerah meningkatkan investasi swasta di daerahnya supaya tercipta lapangan kerja baru.

Dengan kerja sama yang solid dari banyak pihak, Arif yakin konsumsi masyarakat tumbuh tinggi tanpa kembali terganggu dengan pengetatan pembatasan sosial.

Selain itu, pembangunan terus berjalan dan mendatang investasi, diperkuat dengan belanja pemerintah yang ekspansif melalui berbagai program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang pada 2021 mencapai Rp699,43 triliun, sehingga target pertumbuhan positif pada triwulan II-2021 dapat tercapai.

Arif menambahkan, faktor eksternal juga bisa mendorong penguatan ekonomi Indonesia.

“Beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti China (18,3 persen), Amerika (0,4 persen), dan Singapura (0,2 persen) sudah memasuki fase pertumbuhan positif. Itu bisa memperkuat permintaan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut,” sebutnya.

Arif Budimanta menegaskan, Indonesia juga harus mencermati mitra dagang lain seperti India yang justru mengalami masalah pandemi sehingga bisa mempengaruhi perdagangannya. Sedangkan pertumbuhan ekonomi negara-negara utama di Uni Eropa juga masih negatif.(rid/frh/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs