Perempuan yang berani mengekspresikan ide dan pemikirannya, adalah perempuan yang berdaya. Dan mereka yang berdaya punya nilai tawar pada banyak hal di sekitarnya. Termasuk kebahagiaan.
“Dengan menulis perempuan boleh mengekspresikan apa saja bagi dirinya. Perempuan yang menulis itu adalah perempuan yang berani mengekspresikan dirinya. Dan itu artinya perempuan punya nilai tawar pada lingkungannya,” terang Wina Bojonegoro penulis, Rabu (21/4/2021).
Melalui kelas-kelas menulis, Wina Bojonegoro mengajak perempuan mulai belajar untuk mengekspresikan dirinya melalui tulisan. Melalui karya tulis itu Wina tidak sekedar berbagi teknis menulis semata, tetapi mengajak para perempuan berdaya.
“Justru menyedihkan jika perempuan dengan keberaniannya berekspresi, lewat karya tulis itu, tetapi hanya menuliskan hal yang menye-menye. Faktanya perempuan punya kemampuan dan keberanian di luar paradigma sekadar kualitas kedua setelah pria,” kata Wina Bojonegoro.
Di masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung dan menghalangi hampir seluruh aktivitas masyarakat di berbagai lini kehidupan, Wina Bojonegoro dengan aktivitas kelas kecil yang dibuatnya ternyata terus bergerak dan memberikan jalan keluar bagi banyak perempuan, menghalau kebosanan melalui pembelajaran keterampilan menulis.
Beberapa buku diluncurkan sebagai hasil dari pembelajaran kelas-kelas kecil itu. “Sebagai pertanggungjawaban atas kelas-kelas kecil di tengah pandemi itu, lahir beberapa buku berisi karya-karya perempuan, dengan banyak tema dan ide orisinal mereka sendiri, ” ujar Wina.
Gerakan perempuan menulis yang terus digelorakan Wina, bahkan sejak beberapa tahun lalu itu diakui sebagai bagian dari semangat perjuangan Kartini yang terus berjuang lewat literasi. Keprihatinan dan pikiran seorang perempuan di zaman itu yang dituangkan lewat surat-surat untuk memperjuangkan haknya.
“Kalau perempuan saat ini tidak berani menyampaikan ide, pemikiran dan ekspresinya, atau bahkan tidak berliterasi, rasanya itu adalah kemunduran. Justru sejatinya perjuangan Kartini di masa lalu adalah bagian awal dari kebebasan perempuan saat ini dalam literasi itu sendiri, ” tegas Wina.
Pemilik Padma Publisher ini mulai menulis saat masih SMP. Dan tulisan Wina berbentuk cerpen untuk pertama kali ditayangkan lewat media massa pada Juni 1988. Aktivitasnya sebagai penulis terus berlangsung dan trengginas berproduksi hingga hari ini.
“Menulis itu bagaikan candu. Hidup akan hampa jika tidak bisa mengalirkan pikiran-pikiran, ide-ide, ekspresi. Perempuan harus berani mengekspresikan dirinya dan menjadi apa saja lewat karya tulis,” pungkas Wina.(tok/dfn)