Bagi umat Kristen dan Katolik, Jumat Agung adalah rangkaian dalam perayaan Paskah. Di hari Jumat Agung (2/4/2021), Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya mengawali dengan Ibadat Jalan Salib di pagi hari dan disiarkan secara daring.
RD Yuventius Fusi Nusantoro Paroki Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya mengatakan, lewat Jalan salib ini ingin mengenang kembali Yesus Kristus yang menapaki penebusan dosa manusia dengan memikul salib menuju gunung Golgota.
Puncak perayaan iman yang mengharukan dan sekaligus penuh syukur ini akan dimahkotai dengan Ibadat Jumat Agung Mengenang Sengsara Tuhan Yesus, yang wafat di kayu salib.
“Dalam keheningan dan kesakralan, perayaan Jumat Agung membawa umat Kristiani untuk semakin menghormati dan mencintai Salib Yesus Kristus yang menjadi jalan keselamatan bagi dunia,” jelas Romo Yuventius.
Sedangkan untuk Ibadah Jumat Agung, pihaknya menggelar dua kali misa. Adapun misa pertama pada pukul 15.00 WIB dan 18.00 WIB yang dilaksanakan secara dalam jaringan atau daring (online) maupun luar jaringan atau luring (offline).
“Hari ini akan dilaksanakan dua kali misa, pukul 15.00 WIB dan pukul 18.00 WIB secara daring dan tatap muka,” jelasnya.
Ibadah ini dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, karenanya umat yang hadir diwajibkan mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada pengurus gereja di wilayah mereka masing-masing.
Kapasitas Gereja Katedral untuk misa hari minggu biasa, di luar masa pandemi adalah 1.000 orang. Sedangkan untuk perayaan Hari Natal maupun Paskah mampu menampung kurang lebih 4.000 orang, akan tetapi untuk ibadah Jumat Agung, hanya menampung 180 orang.
Pada masa pandemi ini, Gereja Katedral Surabaya melaksanakan semua rangkaian upacara pekan suci dengan suasana khidmat dan kewaspadaan.
“Semoga dengan berkat Yesus yang telah Memberikan hidupNya bagi keselamatan dunia dengan sengsara, wafat dan kebangkitanNya semakin membawa bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan akibat Pandemi Covid 19 ini, serta segera dibebaskan dari segala tindak kekerasan dan teror radikalisme yang merusak keselamatan kita bersama,” kata Romo Yuventius. (man/tin)