Sejumlah orang terlihat santai memancing di Kalimas, di sisi selatan jembatan Jalan Pemuda, Surabaya setelah Pintu Air Gubeng, Selasa (8/1/2019) siang. Ada yang duduk di bibir sungai, di atas bendungan, bahkan ada yang sampai ke tengah-tengah sungai.
Tiga orang di antara mereka terlihat memancing ikan sampai ke tengah-tengah sungai yang tergolong dangkal. Terlihat dari jauh, ketinggian air tempat mereka berdiri itu hanya setinggi lutut tiga pemancing ini.
Di bawah terik matahari, tiga pemancing ini terlihat fokus pada joran panjang dan kail yang mereka gunakan untuk menangkap ikan. Tidak lupa, di sisi mereka sudah ada keramba untuk menyimpan ikan-ikan yang berhasil mereka tangkap.
Tiga orang ini, juga para pemancing lain yang berdiri, duduk, dan jongkok di sekitar Pintu Air Gubeng tetap bergeming meski sudah ada papan larangan memancing di lokasi itu.
Papan larangan yang terpasang sebagian berbunyi, “Area Berbahaya, Dilarang Mandi, Berenang, Buang Air dan Memancing”. Sebagian lainnya berbunyi, “Awas! Bahaya Tenggelam. Dilarang Mandi, Berenang, Buang Air dan Memancing.”
Tiga orang yang memancing di Kalimas Surabaya ini, tidak mengindahkan papan larangan. Foto: Denza suarasurabaya.net
Para pemancing ini tentunya orang-orang pemberani. Tak satupun dari para mereka yang mengindahkan papan larangan yang sekaligus mengingatkan bahaya tenggelam di sungai itu.
Pintu Air Gubeng dioperasikan oleh Jasa Tirta I. Di papan larangan itu juga termuat logo dan nama perusahaan BUMN pengelola sumber air minum tersebut.
Suprapto Pengatur Divisi Jasa Air (DJA) II Perum Jasa Tirta (PJT) I membenarkan, PJT I yang memasang papan larangan itu, mengingat bahaya melakukan segala aktivitas di hilir Pintu Air Gubeng. Apalagi, saat ini sedang musim penghujan.
Namun, papan larangan itu memang tidak pernah diindahkan oleh para pemancing. Suprapto mengatakan, para pemancing ini bahkan sudah hafal, kapan ikan sedang banyak-banyaknya di sungai.
“Biasanya kalau sore atau malam sebelumnya hujan, pagi atau siangnya mereka sudah mulai memancing. Kemarin malam, kan, hujan, makanya mereka sekarang memancing,” ujarnya ketika ditemui suarasurabaya.net di Kantor Pintu Air Gubeng, Selasa siang.
Pria yang akrab disapa Prapto itu memastikan, selama ini memang tidak pernah ada kejadian pemancing tenggelam di lokasi hilir Pintu Air Gubeng.
Para pemancing ini, kata Prapto, selain tahu kapan ikan datang juga tahu kapan mereka harus berhenti mencari ikan dan pulang. Terutama ketika hari sudah beranjak petang dan air laut mulai pasang.
Hal ini juga terjadi di Pintu Air Gunungsari atau di kawasan sekitar jembatan rolak. Di lokasi itu, para pemancing juga kadang memancing sampai ke tengah-tengah sungai.
Padahal, sama halnya di Gubeng, di pintu air yang termasuk wilayah kerja DJA II PJT I di Gunung Sari, sebenarnya juga sudah terpasang larangan memancing. Tapi lagi-lagi, para mancing mania tetap melempar kail dan menunggu tangkapan ikan selama berjam-jam.
“Kalau di sini, aliran airnya memang cenderung tidak terlalu deras dibandingkan dengan di Jagir dan Wonokromo. Tapi tetap berbahaya memancing di sekitar pintu air,” ujarnya.
Peringatan bahaya bukan dilakukan tanpa alasan. Kalau toh terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, PJT I tidak bisa disalahkan, karena BUMN itu sudah memberikan peringatan. Demikian halnya Pemkot Surabaya yang juga sudah memasang larangan mandi, berenang, buang air dan memancing di lokasi itu.(den/ipg)