Jumat, 22 November 2024

Makin Banyak Sekolah di Jatim Mulai Pembelajaran Tatap Muka

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Khofifah Gubernur Jatim bersama Wahid Wahyudi Kepala Dinas Pendidikan Jatim saat meninjau sekolah tatap muka di Nganjuk, Senin (24/8/2020). Foto: Istimewa

Pembelajaran tatap muka saat ini perlahan sudah mulai diterapkan di SMA dan SMK di Jawa Timur. Wahid Wahyudi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim mengatakan, saat ini sebanyak 35% SMK, 20% SMA dan 10% SLB di Jatim sudah menerapkan sekolah tatap muka dengan durasi tiga jam.

Sekolah-sekolah sisanya masih bertahan dengan aturan sekolah daring.

“Untuk SMK 35% dari total SMK yang ada di kab/kota, SMA 20% dari total SMK yang ada di kab/kota dan SLB 10% dari total SMK yang ada di kab/kota,” kata Wahid kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (20/3/2021) pagi.

Alasan SMK diberikan kesempatan lebih besar, adalah karena sistem pembelajarannya yang lebih banyak membutuhkan praktikum dan keterampilan langsung.

Sebelumnya, Pemprov Jatim bersama Dinas Pendidikan Jatim melakukan uji coba pembelajaran tatap muka di tingkat SMA/SMK dengan membatasi satu daerah 1 SMA, 1 SMK dan 1 SLB. Namun karena hasil uji coba tersebut baik, maka jumlah sekolah yang memberlakukan sekolah tatap muka ditambah. Syaratnya, Satgas Covid-19 setempat memberikan rekomendasi pembukaan sekolah.

Kebijakan itu diambil usai hasil evaluasi sekolah daring menunjukkan adanya penurunan kualitas pembelajaran. Daya tangkap pelajar terhadap pelajaran yang diberikan tidak terserap dengan optimal.

“Khususnya pelajaran tertentu seperti matematika, kimia, fisika, apalagi yang menyangkut praktikum. SMK misalnya, yang mengajarkan keterampilan karena harus memegang alat,” tambahnya.

Jika sekolah tatap muka tidak segera dibuka kembali, dikhawatirkan akan terjadi learning loss karena berbagai kendala dalam pembelajaran daring, yakni sarana prasarana dan daya tangkap siswa.

Kebijakan ini sekaligus merespon permintaan para orang tua yang mendesak agar sekolah kembali dibuka.

“Di Madura banyak kepala sekolah yang lapor ke kami. Kalau pembelajaran tatap muka tidak segera dilakukan, akan banyak sekolah kehilangan siswanya. Ternyata banyak orang tua memindahkan anaknya ke pesantren karena beranggapan SMA/SMK sudah tutup,” lanjutnya.,

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) menyebutkan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dan kegiatan seni/budaya diperbolehkan pada penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro terbaru.

Sedangkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro di Provinsi Jawa Timur kembali diperpanjang hingga 5 April mendatang dengan harapan semakin mengendalikan penyebaran kasus Covid-19 di wilayah setempat.

“Kegiatan belajar mengajar mulai dapat dilakukan secara tatap muka untuk perguruan tinggi/akademi yang dibuka bertahap dengan proyek percontohan berbasis peraturan daerah atau peraturan kepala daerah dengan protokol kesehatan,” kata Menko Airlangga saat konferensi pers daring mengenai Perpanjangan dan Perluasan PPKM Mikro di Jakarta, seperti dilaporkan Antara, Jumat (19/3/2021).

Begitu juga Muhadjir Effendy Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI minta daerah di Indonesia dengan status zona hijau dan kuning untuk berani memulai sekolah tatap muka.

Yang penting, kata Muhadjir, pelaksanaan belajar tatap muka tersebut mematuhi protokol kesehatan dengan baik, seperti kewajiban menggunakan masker bagi murid dan guru, serta diterapkannya sistem shift untuk menerapkan jaga jarak antar murid.(tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs