Berbeda dengan Pilpres sebelumnya, dalam ajang debat Capres – Cawapres untuk Pilpres 2019 mendatang, KPU sudah menyiapkan pertanyaan. Bahkan kisi-kisi debat pun telah dibagikan pada masing-masing paslon. Hal ini kemudian menjadi polemik bagi berbagai pihak.
Menanggapi hal tersebut, Suko Widodo Dosen Komunikasi Unair sekaligus Kepala Pusat Informasi dan Humas Unair, mengatakan metode yang diterapkan KPU bisa jadi membuat debat semakin fokus dan terarah. Namun dia juga beranggapan debat akan menjadi tidak greget dan terkesan kering.
“Nantinya akan banyak orang menganggap debat Capres ini tidak ada bedanya dengan kelompencapir semata,” katanya pada Radio Suara Surabaya, Kamis (10/1/2019).
Menurutnya, perubahan format ini karena KPU ingin pasangan Capres lebih fokus dan masyarakat akan mendapat visi yang jelas dari kedua pasangan.
Dia juga membandingkan model debat ini dengan negara lain. Kata Suko, negara lain juga melakukan debat sebelum pemilu, namun mereka hanya memberikan tema-tema saja.
“Mereka tidak pernah mengatur tentang bentuk pertanyaan. Kan jadinya tidak menarik,” imbuhnya.
Menurut Suko, debat seharusnya dapat mempertemukan keinginan rakyat dengan calon yang akan didukung. Tapi karena kisi-kisi soal sudah diberikan, debat akan menjadi kering. Karena jawaban sudah disiapkan lebih dulu.
“Debat itu menjadi menarik karena masyarakat ikut terlibat dan menjadi menarik lagi karena akurasi data, diksi kalimat Capres yang bagus. Kalau capres punya literasi dan kemampuan komunikasi yang bagus, akan menyeret publik mendukung gagasan Capres tersebut,” jelasnya.
Dia juga berharap, apapun model yang nantinya digunakan KPU, dapat dibawakan secara komunikatif, dan pesan dapat tersampaikan dengan akurat. Sehingga masyarakat dapat memilih dan menangkap pesan yang disampaikan. (dim/ipg)