Aktor yang juga sutradara, Bayu Skak, bakal memproduksi film drama komedi berjudul “Lara Ati” di Kota Surabaya. Karena lokasi syutingnya di Kota Pahlawan, ia bersama timnya kulonuwun (meminta izin) ke Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Ia pun disambut dengan hangat oleh Armuji Wakil Wali Kota Surabaya di ruang kerjanya, Balai Kota Surabaya, Rabu (10/3/2021).
Seusai pertemuan itu, Armuji atau Cak Ji mengaku sangat senang karena hari ini kedatangan Bayu Skak dan timnya di Balai Kota Surabaya. Ia juga memastikan bahwa Bayu Skak sudah tidak asing lagi di dunia perfilman Indonesia. Ia juga terkenal dengan film “Yowes Ben”-nya.
“Mereka datang ke kantor saya dan kulonuwun, karena mereka ingin membuat film yang proses syutingnya di Kota Surabaya dengan judul ‘Lara Ati’. Kami menyambut dengan senang hati dan kami menyampaikan terimakasih karena mengambil lokasi syuting di Surabaya,” kata Cak Ji.
Sementara itu, Bayu Skak mengatakan kedatangannya ke Balai Kota Surabaya memang untuk kulonuwun, karena bagaimana pun kalau orang Jawa mau melakukan sesuatu harus kulonuwun atau meminta izian terlebih dahulu.
Ia juga menjelaskan bahwa film berjudul “Lara Ati” ini dibuat untuk mengangkat Surabaya-nya. Sebab, film sebelumnya berjudul “Yowes Ben” bisa berhasil dan menjadikan kesan kedaerahan itu juga bisa keren. Film itu syutingnya di Malang dan ketika dia mendapatkan kesempatan untuk bikin film lagi, dia pun ingin mengangkat Jawa Timurnya.
“Dan Jawa Timur itu tidak lepas dari Surabaya-nya,” kata Bayu Skak.
Oleh karena itu, ia juga memastikan bahwa proses syutingnya nanti akan full di Kota Pahlawan, karena dia ingin mengangkat berbagai hal tentang Surabaya, mulai dari Ludruknya, ikon-ikon uniknya seperti Taman Bungkul, dan juga kulinernya, serta hal-hal lainnya.
“Pemain-pemain filmnya juga banyak dari Surabaya, seperti Cak Kartolo, Cak Sapari, Ning Tini, dan Eko Londo. Kami start syuting tanggal 15 Maret 2021 dan saat ini kami masih prepare (persiapan),” ujarnya.
Bayu juga memastikan bahwa pada saat syuting film ini akan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Bahkan, nantinya akan ada tiga ring, mulai ring satu, dua dan tiga. “Nah, ketika ring tiga itu orang luar tidak boleh masuk dan orang yang sudah berada di dalam, mau keluar juga susah, dan kami pastikan orang yang ada di dalam itu sudah di swab PCR tiga hari sekali,” tegasnya.
Ia juga berharap dengan film yang syuting di Surabaya ini disertai dengan logat Jawa Timuran yang kental, akan semakin mewarnai perfilman di Indonesia. Apalagi, nanti hampir 100 persen bahasanya Jawa Timuran, sehingga para pemain yang berasal dari Jakarta saat ini belajar intens Bahasa Jawa.
“Ini akan menjadi tontonan yang epic yang bisa mewarnai perfilman tanah air dengan nuansa Surabaya,” pungkasnya.(tin/ipg)