Barata Indonesia mengembangkan teknologi kincir air hemat energi dari bahan lokal. Rencananya kincir air ini digunakan untuk mendukung program budidaya perikanan nasional, terutama budidaya udang.
Inovasi ini merupakan buah inisiasi dan kolaborasi badan riset lintas instansi yakni Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) , Poltek KP Sidoarjo juga tim Barata Indonesia.
Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman kincir air tambak pada Pameran Nasional Bangga Buatan Indonesia di The Mandalika Lombok, Rabu (3/3/2021).
Menurut Rahman Sadikin Direktur Keuangan dan SDM PT Barata Indonesia, langkah kerjasama ini merupakan respon perseroan terhadap tantangan bisnis di tengah pemulihan ekonomi nasional secara adaptif melalui pengembangan bisnis kincir air.
“Kincir air yang ada di pasaran harganya relatif mahal dan biaya operasional dan perawatannya pun besar. Merespon hal ini Barata sebagai BUMN Manufaktur berkolaborasi membuat inovasi teknologi kincir air hemat energi dari 100 persen bahan lokal,” ujar Rahman.
Kincir air merupakan salah satu sarana budidaya perikanan yang memiliki peran sangat penting dalam menciptakan kondisi agar terjadi keseimbangan ekosistem perairan tambak. Kincir air memiliki fungsi sebagai penyuplai oksigen perairan tambak dan membantu dalam proses pemupukan dan pencampuran karakteristik air tambak lapisan atas dan bawah. Pengoperasian kincir air juga membantu dalam membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dasar tambak sehingga menstabilkan kualitas air.
“Inovasi teknologi kincir air ini kontribusi nyata Barata dalam peningkatan ekspor udang yang kualitasnya tidak kalah dari impor,” Rahman Sadikin.
Di sisi lain, Dr. Ir. Safri Burhanuddin,DEA, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves mengapresiasi dan turut bangga dengan langkah inovasi buatan anak negeri ini bahwa produk kincir air tambak merupakan kolaborasi yang luar biasa dan nyata antara Perguruan Tinggi Vokasi dengan industri.
“Sehingga ke depan kebutuhan sarana prasarana untuk peningkatan ekspor udang ini dapat di penuhi dari hasil inovasi dalam negeri dan menjadi produk kebanggaan nasional,” jelasnya.
Berdasarkan program Kemenko Marves rencananya kebutuhan kincir air hingga tahun 2024 yakni sebesar 1,5 juta unit. Hal ini dilakukan guna mendukung peningkatan budidaya udang lokal untuk ekspor hingga 250 persen.(ipg)