Jumat, 22 November 2024

Pandemi Tak Halangi Mahasiswa Ubaya Torehkan Prestasi Internasional

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Pengumuman juara pertama lomba berskala internasional gelaran UII Jogyakarta digelar secara daring. Foto: Humas Ubaya

Hansen Ngaliman, mahasiswa semester empat Fakultas Farmasi Ubaya menorehkan prestasi dalam kompetisi farmasi tingkat Internasional, International Pharma Talk and Competition (IPTC) 2021 cabang Oral Presentation, melalui penelitian berjudul: Hola CoVac : Monitoring The Efficacy and The Safety of Covid-19’s Vaccine Through Mobile Application.

IPTC merupakan talkshow sekaligus kompetisi kefarmasian yang diikuti oleh tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan United Kingdom. Kompetisi berskala Internasional ini memiliki dua cabang perlombaan yaitu Oral Presentation dan Poster Presentation Competition. Hansen Ngaliman menyampaikan bahwa dirinya mendapat kepercayaan serta dukungan dari dosen, senior dan teman-temannya untuk mengikuti kompetisi pada cabang Oral Presentation. Dirinya mengaku sangat senang dan bersyukur dapat meraih prestasi yang membanggakan untuk kampus Ubaya, orang tua dan teman-temannya.

“Saya tidak menyangka bisa menjadi juara satu. Tetapi setelah mendapat juara ini, saya menjadi lebih termotivasi dalam perkuliahan dan semakin tertarik berkarya di bidang penelitian,” terang Hansen Ngaliman, 19 tahun.

Hansen, sapaan mahasiswa asli Pontianak ini berhasil menyisihkan 38 peserta lain dalam cabang perlombaan Oral Presentation. Dirinya menjelaskan bahwa kunci utama dalam memenangkan kompetisi adalah mampu melihat peluang serta mengangkat topik yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat.

Topik penelitian yang diusung oleh Hansen merupakan program yang memantau keamanan dan efektivitas vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Melalui penelitian yang dibuatnya ini diharapkan vaksinasi Covid-19 di Indonesia dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, dirinya berharap agar vaksinasi di Indonesia dapat di data secara akurat sehingga tidak terjadi kesalahan, tumpang tindih atau kebiasan di masa depan.

“Saat ini sudah ada program seperti PeduliLindungi untuk memantau proses vaksinasi di Indonesia. Namun, saya melihat program tersebut masih perlu ditambahi beberapa fitur agar lebih sempurna. Jadi saya ingin menyempurnakan program tersebut dengan menambahkan fitur berupa informasi seperti proses vaksinasi, pemberi vaksin, pemantauan efek samping dari vaksinasi dan jika terjadi efek samping maka masyarakat bisa dirujuk ke lokasi tenaga kesehatan atau rumah sakit mana yang terdekat,” kata Hansen.

Persiapan kompetisi dilakukan kurang lebih selama 10 hari untuk menyelesaikan bahan presentasi dan kerangka penelitian. Disamping itu, Hansen juga berusaha memperbanyak latihan presentasi menggunakan Bahasa Inggris agar isi penelitian yang dibuat dapat tersampaikan dengan baik di hadapan dewan juri dan peserta yang lain.

Hansen berpesan kepada mahasiswa lain agar melihat pembelajaran secara online atau Learning From Home di masa pandemi adalah sebuah peluang untuk berprestasi dan berkarya di luar kampus. Banyak pembelajaran dan pengalaman lain yang bisa didapat dengan mengikuti kegiatan maupun kompetisi secara online.

“Ada banyak orang di luar sana yang ingin seperti kita diberikan kesempatan kuliah menimba ilmu tetapi belum bisa karena alasan tertentu. Jadi kita yang memiliki kesempatan itu, harus berusaha dengan baik agar ilmu yang didapat mampu bermanfaat bagi banyak orang. Berprestasi dan berkarya tidak hanya dilakukan dalam perkuliahan, tetapi juga bisa di luar. Jadilah orang baik dan rendah hati, semakin tinggi ilmu yang dipijak maka kita harus semakin membumi atau merendah,” pungkas Hansen.

Sementara itu, kompetisi berskala internasional bagi para mahasiswa jurusan farmasi ini diselenggarakan oleh UII Yogyakarta secara daring. Mengingat pandemi Covid-19 hingga hari ini masih belum usai.(tok/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs