Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Kamis (24/2/2021), dua kali mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum sejauh 1.900 meter ke arah barat daya.
Hanik Humaida Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui keterangan resminya menyebutkan awan panas guguran pertama terjadi pada pukul 16.52 WIB.
Awan panas itu memiliki amplitudo 37 mm dengan durasi 115 detik.
“Tinggi kolom tidak teramati karena puncak berkabut, estimasi jarak luncur 1500 meter ke arah barat daya,” kata Hanik seperti yang dilansir Antara.
Berikutnya, awan panas guguran kedua terjadi pada pukul 18.42 WIB dengan amplitudo 51 mm dan durasi 175 detik. Tinggi kolom tidak teramati karena puncak berkabut dengan estimasi jarak luncur kurang lebih 1.900 meter ke barat daya.
Sementara itu, selama periode pengamatan Kamis pukul 12.00 sampai 18.00 WIB, BPPTKG juga mengeluarkan satu kali guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter.
Selama periode pengamatan itu, gunung api aktif itu juga terdeteksi mengalami satu kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 37 mm selama 115 detik, 50 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-46 mm selama 9-109 detik, dua kali gempa hembusan dengan amplitudo 8-13 mm selama 11-14 detik, dan satu kali gempa hybrid/fase banyak dengan amplitudo 15 mm dan durasi 8 detik.
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan bisa berdampak ke wilayah sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Saat terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi diperkirakan dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.(ant/tin/lim)