Sabtu, 23 November 2024

Tips Foto Produk dengan Kamera Ponsel, Kenali Fiturnya Hingga Penggunaan Ornamen yang Tepat

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Anton Kusnanto Fotografer Profesional dalam live streaming KelaSS Pintar Season 2 episode 3 dengan tema "Foto Ciamik Bisnis Melejit: Tips Foto Produk dengan Kamera Ponsel" pada Rabu (17/2/2021). Foto: Tina suarasurabaya.net

Untuk menyajikan foto produk yang bagus, ternyata tidak harus menggunakan kamera profesional. Kamera ponsel yang selama ini Anda gunakan sehari-hari, nyatanya bisa digunakan untuk foto produk yang menarik. Tak ayal, kamera ponsel jadi salah satu alternatif yang digunakan pebisnis pemula untuk mempromosikan produk mereka karena tidak membutuhkan budget yang besar (low budget).

Dalam live streaming KelaSS Pintar Season 2 episode 3 dengan tema “Foto Ciamik Bisnis Melejit: Tips Foto Produk dengan Kamera Ponsel” pada Rabu (17/2/2021), Anton Kusnanto Fotografer Profesional memberikan banyak tips agar foto produk menggunakan kamera ponsel menghasilkan gambar yang tak kalah dengan hasil kamera profesional.

Anton Kusnanto Fotografer Profesional bersama Hamim Arifin host dalam dalam live streaming KelaSS Pintar Season 2 episode 3 dengan tema “Foto Ciamik Bisnis Melejit: Tips Foto Produk dengan Kamera Ponsel” pada Rabu (17/2/2021). Foto: Tina suarasurabaya.net

1. Kenali dan Pahami Fitur Kameramu

Dipandu host Hamim Arifin, Anton menjelaskan, hal terpenting dalam fotografi dengan kamera ponsel adalah kenali dan pahami terlebih dahulu objek foto dan berbagai fitur yang disediakan. Jika hasil foto tidak sesuai harapan, maka kesalahannya bisa jadi ada di dua aspek. Jika bukan karena kita yang tidak mengenali objeknya, maka kita yang tidak bisa memaksimalkan fungsi kamera yang kita pakai.

Menurut Anton, acapkali, pengguna ponsel menggunakan kamera handphone sekenanya, tanpa mempelajari fitur-fitur yang ada di dalamnya. Sehingga, hasil yang didapatkan menjadi kurang maksimal.

“Modal awalnya kenali dulu kameramu, kenali dulu fitur yang ada. Disitu ada kontrasnya, bagaimana ISO-nya, kita atur diafragmanya. Semuanya bisa di-setting disitu,” kata Anton.

Ia mengatakan, kamera ponsel saat ini sudah banyak yang mengadaptasi fitur-fitur yang ada di kamera SLR atau Mirrorless. Seperti White Balance untuk keseimbangan objek putih tetap berwarna putih, diagragma hingga ISO untuk menentukan tingkat sensitivitas cahaya hingga diafragma untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera.

“F itu diafragma, kita analogikan jendela bisa membuka besar dan membuka kecil. Jadi kita harus tahu kapan diafragma di angka besar dan kecil, dan seberapa intensitas cahaya yang ingin kita masukkan.

Selain ketiga fitur tersebut, kamera ponsel juga menyediakan fitur-fitur lainnya seperti shutter speed, auto HDR, Optical Image Stabilisation (OIS), brightness hingga exposure. Sehingga penting bagi pengguna ponsel untuk mengulik beragam fungsi dalam kamera ponsel yang dimiliki.

“Coba diulik-ulik dulu, dipelajari dulu karena kamera yang bagus adalah kamera yang kamu miliki,” lanjut pria yang telah 16 tahun berkarya di Suara Surabaya Media itu.

2. Bersihkan Lensa secara Berkala

Membersihkan kamera ponsel secara berkala menjadi poin penting yang jarang disadari oleh pemilik ponsel. Ponsel adalah barang yang selalu dibawa dan digunakan setiap waktu. Maka tak jarang lensa kamera menjadi kotor karena terkena tangan, kantong celana, dan sebaginya.

Sehingga penting untuk membersihkan lensa secara rutin, yang cara paling sederhananya menggunakan tisu.

3. Pastikan Cahaya Cukup

Kata photo berasal dari bahasa Yunani, yang berarti cahaya. Teknik paling dasar dalam fotografi adalah keahlian memilih sumber cahaya yang paling tepat. Untuk menghasilkan foto produk yang bagus, maka dekatkan objek foto dengan sumber cahaya.

Anton mengatakan, sumber cahaya terbaik adalah sinar matahari. Terlebih lagi jika perlengkapan yang kita miliki masih seadanya. Sehingga jika foto produk dilakukan di rumah, maka waktu yang tepat adalah siang hari.

“Pencahayaan yang bagus adalah ketika matahari masih menyala. Itu pun harus kita pilih sumber cahaya mataharinya. Misal utamanya di dekat jendela, ya dekatkan objek ke jendela,” lanjutnya.

Jika ingin menggunakan alat pencahayaan dengan budget minimal, pengguna bisa menggunakan lampu belajar untuk membantu pencahayaan produk. Namun penempatan lampu juga harus diperhatikan agar produk tidak terlalu terang.

4. Potretlah dengan Sudut yang Tidak Biasa

Anton mengingatkan bahwa mata orang awam dengan mata lensa itu berbeda. Maka, penentuan angle foto menjadi penting. Salah satunya dengan menempatkan lensa kamera di berbagai sudut yang bisa dieksplor lebih banyak yang tidak tertangkap oleh mata biasa.

“Mumpung mata lensa bisa diapa-apakan, ya apa-apa kan lah. Angle paling atas, bawa, paling mendekati lantai, pilihlah sudut-sudut yang tidak bisa didapat mata orang awam,” imbuhnya.

5. Dekati Objek, Tapi Jangan Gunakan Zoom

Dalam memaksimalkan foto produk, lanjut Anton, anggaplah kamera ponsel kita menggunakan Lensa Fix atau lensa yang memiliki satu focal length saja. Karena jika Anda menggunakan fitur zoom out, maka itu akan berdampak pada kualitas gambar.

Untuk itu, penting untuk mendekati langsung objek foto dan mengenali sampai mana kamera Anda masih bisa fokus dalam jarak dekat.

“Masing-masing lensa punya kekuatan sendiri. Ada 5cm kamera masih fokus, atau ada yang sampai 2cm kamera masih bisa. Dekati objek foto tapi jangan gunakan zoom,” katanya.

6. Ambil Foto Sebanyak-banyaknya

Anton mengingatkan, dalam foto produk usahakan tidak menganggap sedikit foto itu cukup. Namun ambil lah foto sebanyak-banyak untuk nantinya dikurasi foto mana yang terbaik. Penting juga untuk mengeksplor foto produk dari berbagai sudut.

Ia mengatakan, anggapan “one shot one kill” tidak berlaku dalam foto produk menggunakan kamera ponsel. Ini dikarenakan pengambilan satu shot foto belum tentu menghasilkan gambar yang bagus.

“Ambil foto sebanyak-banyaknya dengan catatan nanti langsung dikurasi. Jangan takut memory penuh, hp nge-lag. Jangan menganggap one shot one kill, tidak ada istilah itu,” tambahnya.

7. No Filter

Berbeda dengan hasil seni fotografi yang lain, foto produk berkaitan langsung dengan trust (kepercayaan) calon konsumen terhadap produk yang ditampilkan. Jika penggunaan filter akhirnya membuat tampilan produk berbeda dengan tampilan sebenarnya, maka foto produk yang dihasilkan menjadi buruk.

Untuk itu, Anton menyarankan untuk menggunakan fitur editing dari bawaan ponsel itu sendiri. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya perbedaan warna pada produk di foto dan warna sebenarnya.

“Di HP sudah ada fiturnya, editing sebatas brightness atau kontrasnya ditambahi atau dikurangi, itu agar tidak ada distorsi warna,” ujarnya.

8. Jangan Terlalu Banyak Ornamen

Foto produk makanan tradisional. Foto: Anton suarasurabaya.net

Agar foto terlihat lebih menarik, tak jarang ornamen digunakan untuk properti pendukung. Biasanya ornamen diletakkan dalam satu frame bersama produk yang akan difoto.

Hanya saja, terlalu banyak ornamen dapat membuat produk menjadi ‘kalah’ atau tertutupi dengan hiasan di sekitarnya. Hal itu menghilangkan esensi produk itu sendiri yang seharusnya menjadi fokus utama dalam foto.

“Bahkan ada yang over, akhirnya produknya tenggelam dengan ornamennya. Menurut saya simple saja karena foto ada point of interes, kalau bisa tunggal dan itu di produknya, walaupun ada poin-poin lain,” tambah Anton.

Selain itu, lebih baik ornamen yang digunakan sesuai dengan jenis produk dan tema foto yang akan diambil. Misalnya, makanan tradisional, maka ornamen yang digunakan bisa menggunakan cobek, daun-daunan dan lain-lain.

Agar gambar terlihat fokus ke produk, Anda juga dapat menggunakan kertas, baik yang polos maupun corak halus, sebagai background. Tidak harus besar, saat ini sudah banyak dijual kertas backgorund foto dalam ukuran kecil. Untuk produk seperti makanan, Anda cukup membelinya dengan ukuran 1×1 meter dengan kisaran harga Rp50an ribu.

Memotret sebuah produk, menurut Anton adalah tantangan sendiri. Karena foto tidak cukup hanya bagus, tapi bagaimana dapat menarik perhatian orang terhadap produk yang ditawarkan.

Misalnya saja foto makanan. Menurut Anton, tidak semua makanan bagus untuk difoto. Ada beberapa jenis makanan yang secara estetika kurang menarik. Untuk mengantisipasi itu, Anda bisa menampilkan produk dengan menonjolkan kesederhanaan makanan itu. Sehingga jika orang melihatnya, maka mereka dapat mengingat jenis rasa makanan yang ada di dalamnya.

“Makanan Surabaya, pecel makanan Jawa Timuran, itu paling susah kalau difoto karena tampilannya jelek. Ireng (hitam) petis itu pasti tidak menarik. Jadi tampilkan dengan tampilan-tampilan sederhana yang lebih bisa membuat orang ngiler,” kata Anton.(tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs