Mau Tidak Mau, Suka Tidak Suka, Radio Harus Berubah!

Karakter radio yang imajinatif, akrab, terdapat musik dan talkshow, ada karakter suara penyiar yang berbeda-beda, serta memunculkan efek teaterikal, dinilai oleh Ido Prajana Hadi, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UK Petra Surabaya sebagai kekuatan media radio.

Sedangkan untuk kelemahan radio tradisional yaitu hanya auditory, siaran tidak dapat ditarik ulang, rentan mengalami gangguan frekuensi.

Namun semua kelemahan ini bisa disangkal dengan perkembangan teknologi. Siaran yang tidak dapat ditarik ulang misalnya, kini dapat didengarkan kembali dengan fitur radio on demand.

Agar dapat bersaing, ke depannya radio harus berubah dengan motivasi untuk menjangkau khalayak yang perilakunya berubah seiring perkembangan zaman, terlebih untuk generasi Z yang lahir di era internet.

“Generasi ini tidak pernah melihat radio portable. Mereka melihat radio sudah bisa diintegrasikan dengan smartphone. Perkembangan ini tidak bisa ditolak, bahkan keniscayaan. Berarti inovasi harus dilakukan oleh radio sebagai media massa yang sangat fleksibel karena bisa diintegrasikan dengan gadget,” kata Ido dalam program wawasan Radio Suara Surabaya, “World Radio Day 2021” yang mengangkat tema Kekuatan Radio dalam Bauran Media Digital, Sabtu (13/2/2021).

“Sehingga, mau tidak mau suka tidak suka. Harus dibuktikan dengan riset pengguna media terkini yang bisa dilakukan secara kontinyu, untuk mengetahui apa yang diharapkan atau disukai oleh pendengar atau pengakses,” tegasnya.

Bila radio tradisional hanya berkutat pada zamannya, tanpa mau berubah, lama kelamaan akan ditinggalkan oleh generasi yang lahir di era internet. Ia berpendapat agar radio frekuensi dapat mengantisipasi baik dari sisi manajemen, perilaku pendengar hingga regulasi pemerintah melalui lembaga tertentu harus melahirkan kebijakan yang bisa menjangkau audiens yang sedang berubah.(dfn/ipg)