Jumat, 22 November 2024

Manfaatkan Sekam Padi, Tim Antasena ITS Gagas Energi Listrik

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Zoom membahas temuan SekamPadi untuk energi listrik oleh Tim Antasena ITS. Foto: humas ITS

Tim Antasena Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) manfaatkan energi terbarukan berupa sekam padi untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, khususnya energi listrik. Alat tersebut bertujuan untuk memproduksi gas hidrogen dengan fermentasi biomassa.

Tim mahasiswa ini beranggotakan Ibrahim Fatahillah Hizbul Islam (Teknik Material dan Metalurgi 2018), Ahmad Fahmi Prakoso (Teknik Material dan Metalurgi 2018), Mikael S K Raditya Dwiatmaka (Teknik Kimia 2019), Muhammad Wildan Abyan (Teknik Material dan Metalurgi 2019), dan Deden Eko Wiyono (Teknik Kimia Industri 2019). Kelimanya berhasil membuat Antasena Biohidrogen Electric Generator.

Ibrahim Fatahillah Hizbul Islam, ketua tim tersebut mengatakan, biomassa yang digunakan berasal dari sekam padi. Sekam padi dipilih lantaran Indonesia adalah negara agraris dengan produksi padi yang melimpah, dan tentunya menghasilkan sekam padi yang juga melimpah. “Oleh karena itu, kami memanfaatkan peluang yang ada untuk menjadikan sumber energi terbarukan,” terang Ibrahim Fatahilla Hizbul Islam.

Fatah, sapaan akrab Ibrahim Fatahilla Hizbul Islam menjelaskan, sekam padi pada awalnya diolah menggunakan NaOH guna mendegradasi lignin dan alat penggiling guna memperluas permukaan kontak pada sekam padi. Kemudian sekam padi dihidrolisis menggunakan dua mikroorganisme yaitu Trichoderma reesei dan Aspergillus niger. Hal ini berguna untuk mengonversi kandungan selulosa pada sekam padi agar menjadi glukosa.

Fatah melanjutkan, sekam padi hasil pengolahan awal tersebut difermentasikan menggunakan bakteri anaerob yaitu Clostridium Butyricum. Bakteri tersebut dipilih karena memiliki kemampuan untuk memproduksi hidrogen. “Gas hidrogen ini kemudian diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan fuel cell,” jelas Fatah.

Alumnus SMA Negeri 12 Surabaya ini memaparkan bahwa alat tersebut dibuat guna menjawab permintaan energi di Indonesia yang akan melejit beberapa tahun lagi. Mereka memprediksi sekitar 29 persen penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) akan terjadi pada tahun 2050. “Berdasarkan angka tersebut, sudah seharusnya Indonesia mulai memanfaatkan sumber energi terbarukan,” papar Fatah.

Fatah melanjutkan bahwa Antasena Biohidrogen Electric Generator ini juga dapat menjadi sebuah investasi yang akan menguntungkan dari segi ekonomi. Berdasarkan analisa yang mereka lakukan, alat ini memiliki nilai pendapatan yang sama besar dengan modal yang dikeluarkan. “Hal ini membuat tidak adanya kerugian atau keuntungan selama dua tahun, sembilan bulan, 20 hari dalam penggunaannya,” ujar Fatah.

Mahasiswa angkatan 2018 ini menuturkan, gas hidrogen yang dapat dihasilkan oleh Antasena Biohidrogen Electric Generator mencapai 5,72 liter setiap jam. Gas hidrogen tersebut dapat dikonversikan ke energi listrik dengan fuel cell. Berdasarkan hal tersebut, alat ini diasumsikan dapat memenuhi kebutuhan listrik dari 16 rumah dengan kapasitas listrik setiap rumah 500 Watt. “Masyarakat menjadi lebih untung sebesar 87 persen dibanding menggunakan listrik biasa,” tambah Fatah.

Melalui karyanya tersebut, Tim Antasena ITS juga telah berhasil meraih Gold Medal dalam ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) pada Desember lalu. Dengan manfaat-manfaat yang dihadirkan dalam menjawab permasalahan energi di Indonesia pada masa yang akan datang, membuat karya dari tim ini dinilai layak mendapatkan penghargaan tersebut.

Fatah berharap agar Tim Antasena ITS dapat terus membuat inovasi-inovasi yang bisa membantu permasalahan masyarakat. Selain itu, ia juga berharap alat buatan timnya ini ke depan dapat diproduksi agar tujuan dari alat tersebut bisa direalisasikan ke masyarakat. “Dengan begitu, kami dapat membantu masyarakat dalam menghemat penggunaan energi listrik,” pungkasnya Fatah, Sabtu (6/2/2021).(tok/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs