Senin, 25 November 2024

Jangan Pernah Menyerah, Tetap Miliki Harapan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ilustrasi. Pemeriksaan payudara sendiri untuk deteksi dini kanker payudara. Foto: Hello Sehat

Tahun 2013, Sirikit Syah divonis menderita kanker payudara, dan diharuskan operasi pengangkatan. Dan itu pun dilakukan. Kemoterapi dijalani sampai 6 kali, radiasi 25 kali. Selama sekitar 5 tahun Sirikit terus menjalaninya dengan kuat. Kesembuhan disampaikan dokter di tahun 2018, lima tahun sejak Sirikit menjalani operasi pengangkatan payudara. Kala itu Sirikit dinyatakan sudah bersih. Sembuh. Sehat.

“Tapi di  akhir tahun 2018 itu kembali dokter menemukan cancer dibagian liver. Pengobatan dijalankan lagi. Kemoterapi dilakukan lagi sampai 6 kali. Selama kurang lebih dua tahun terus berobat dan rutin pengobatan sampai akhirnya dinyatakan sembuh pada September tahun 2020. Alhamdulillah,” cerita Sirikit, Kamis (4/2/2021).

Lahir tahun 1960 di Surabaya, Sirikit Syah disebut-sebut sebagai satu diantara seniman kebanggaan Indonesia. Karya-karya sastranya dalam bentuk esai, puisi dan cerita pendek pernah dipublikasikan oleh berbagai media massa di Indonesia maupun di luar negeri. Nama Sirikit Syah juga dikenal sebagai wartawan yang pernah membuat liputan-liputan dan reportase menarik serta bermutu.

Tahun 1984 sampai 1990 Sirikit Syah yang telah lulus dari IKIP Surabaya menjadi wartawan di koran Surabaya Post, tahun 1990 sampai dengan tahun 1996 bekerja di stasiun tv swasta RCTI dan SCTV. Kemudian kembali menjadi wartawan di koran The Jakarta Post mulai tahun 1996 hingga tahun 2000. “Tahun 2020 tepatnya bulan September, kembali dokter memberitahu pada liver ku muncul cancer lagi,” kata Sirikit.

Kemoterapi kembali harus dijalani. Sejak bulan September kemoterapi dilakukan sampai dengan bulan Oktober 2020. Ternyata kemoterapi itu berdampak pada kesehatan Sirikit. Sakit parah sampai masuk ICU karena efek kemoterapi. “Pada titik itu, aku merasa hidup sudah berakhir. Mungkin seperti ini rasanya mau mati. Gak bisa ngomong, gak bisa makan, gak bisa jalan. Sakit sekali rasanya,” papar Sirikit yang pernah belajar di London untuk gelar Master Komunikasi pada tahun 2001 sampai 2004.

Selain pengalamannya menjadi wartawan dan mengajar di Stikosa AWS dan Unitomo Surabaya, Sirikit Syah juga menjadi pengamat media yang cukup kritis melalui Lembaga Konsumen Media (Media Watch!) yang berdiri pada tahun 1999 itu. “Selama bulan November sampai dengan Desember tahun 2020, aku tetap menjalani pengobatan tetapi di rumah. Dan Allhamdulillah kondisi semakin membaik,” tegar Sirikit.

Di rumah, Sirikit menghentikan hampir seluruh pekerjaannya. Apalagi pekerjaannya yang berpotensi stres dihentikan. Sirikit lebih memilih bertemu anak-anak dan cucunya. Berkumpul bersama mereka sepertinya memberikan kesembuhan bagi sakit yang dialami  sejak tahun 2013 itu. “Dikerubuti anak cucu, berkumpul bersama mereka, membuat kebahagiaan yang tidak ternilai. Mereka yang menghiburku terus menerus. Dan satu lagi, yang telaten dan penuh kesabaran merawat aku jadi kuat bertahan menjalani ini semua adalah suamiku yang sabar, setia dan telaten,” ucap Sirikit penuh makna.

Kepada masyarakat dan kepada siapa saja, Sirikit mengajak untuk mau melakukan pemeriksaan dini, dalam kaitannya dengan kanker. “Jangan takut ke dokter. Jalani pengobatan medis dan selalu semangat. Jangan ditunda-tunda kalau memang sakit, periksa ke dokter segera,” ujar Sirikit.

Secara khusus Sirikit Syah berpesan pada mereka yang mengalami sakit yang sama seperti dirinya untuk selalu optimis dan punya harapan. “Dengan harapan itu, dengan hope itu, aku selalu memandang atau melihat jauh ke depan. Jangan gampang menyerah, karena kalau kita tidak punya harapan atau mimpi maka kita akan kehilangan semangat hidup. Tetap happy, jangan menyerah!” pungkas Sirikit.(tok/lim)

 

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
28o
Kurs