Begitu banyak pecinta kopi di negeri ini, membuka lebar-lebar peluang bisnis kopi yang menguntungkan bahkan menjanjikan. Minuman yang menjadi hobi banyak kalangan di masyarakat, tentu akan memberikan peluang bisnis yang bagus.
Di masyarakat kita kini sudah banyak beterbaran pelaku bisnis kopi. Dimulai dari warung kopi sederhana hingga kedai kopi modern.
Peluang ini dilihat pengurus Pesantren Riyaadlul Jannah Ponorogo. Tapi ada yang berbeda dengan kopi pada umumnya, karena inovasi dari Gus Angga Salah satu pengurus pesantren. Mencampur produk kopi Riyaadlul Jannah dengan jinten.
Kopi dari Lampung, jadi kita ambil bahannya dari sana, kemudian diolah sendiri di sini, lalu dipacking terus dijual kepada konsumen. “Setahu saya, sementara ini belum ada kopi yang dikombinasi dengan Jinten. Jadi kopi itu Kami tambahi rempah,” kisah Gus Angga.
“Selain kopi menjadi minuman, juga berfungsi sebagai jamu. Setahu saya jinten itu obat untuk beberapa penyakit, seperti sakit perut dan masuk angin, maka idenya Kami padukan. Rasanya sangat beda dengan kopi-kopi biasanya, seger agak ada pahit-pahitnya,” urainya.
Sekurangnya 5 tahun, produk kopi Riyaadlul Jannah sudah beredar di masyarakat. Gus Purnomo yang juga mengurus market Kopi Riyadhul Jannah menyatakan strategi penjualan masih terus dikembangkan.
“Sementara masih pakai WA, marketing masih sebatas kota Ponorogo dan sekitarnya, sementara yang lain juga sudah mulai ada order dari jalur online. Kedepan kita akan buat agen-agen di beberapa kota, tetapi kita masih lihat kondisi, dalam proses. Jadi bisa dikata sementara kita masih pakai cara-cara konservatif dulu untuk pemasarannya,” tuturnya.
Siapapun pasti bersaing dalam berbisnis kopi ini. Makanya tantangan pun juga semakin banyak.
“Di luar sana banyak sekali jenis-jenis kopi yang dipasarkan. Tetapi Kami yakin dengan menonjolkan brand pondok pesantran Kami. Baik melalui masyarakat sekitar, juga bisa melalui para wali santri. Persepsi yang timbul; dengan membeli kopi ini setidaknya juga telah membantu pesantren.
Walau pelan tapi pasti, yakin bila bisnis ini bisa berkembang. Niatnya ini untuk membantu santri, supaya juga punya skill untuk berbisnis. Dukungan OPOP Jatim bisa menjadi angin segar untuk turut mendorong pengembangan di pesantren.
Santri yang sudah lulus tidak seharusnya bekerja kepada orang lain. Kami berharap supaya mereka bisa bekerja mandiri, bahkan bila mungkin mampu mencetak lapangan kerja. Tidak semata mampu mengaji, tetapi mereka kelak juga bisa mengembangkan ilmu lainnya di tengah masyarakat.(lim)