Tren busana muslim selalu diminati semua kalangan dan usia. Usaha busana muslim menjadi pilihan karena bisa mendapat keuntungan yang besar. Kalau dibandingkan usaha fesyen lainnya, usaha ini lebih menjanjikan karena sampai kapan pun busana muslim tetap diminati.
Seperti yang dilakukan Sofia, santri di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) An Nur, Omben, Sampang yang belajar menjahit mulai dari kelas X.
“Hijab, baju, gamis, dan masker sudah bikin. Kalau bikin hijab itu kesulitannya miring-miring. Kalau usaha saya bisa sukses, insyaallah saya teruskan. Sama mau ke Surabaya, mau dibuatkan toko jahit,” kata dia kepada Suara Surabaya.
Kurang lebih enam tahun sudah, Milla Rosa salah satu pembimbing santri, juga ikut mengajar busana di SMK An Nur untuk dijadikan produk unggulan.
“Menata anak-anak mulai dari hal terkecil dalam menjahit. Kita juga biasanya memanfaatkan limbah perca lebih dulu. Selain itu juga menggembleng anak-anak mulai dari bawah supaya mendapatkan hasil yang bagus. Anak-anak biasanya mulai dari memproduksi mulai dari baju anak, mengikuti pameran, termasuk OPOP Jatim,” kata Rosa.
Hambatan dari proses produksi ini adalah kurangnya alat produksi. “Tahun kemarin kita dapat bantuan. Awalnya cuma pakai mesin jadul, sekarang baru ada enam mesin baru,” katanya.
Dalam keterbatasannya, Rosa dan tim tetap berusaha menggembleng santri untuk tetap berkarya dan menambah kompetensinya dibidang menjahit. “Santri yang ikut dari kelas X dan XI SMK. Awalnya dulu kita membuat celemek, barang dapur, keset. Kemudian anak-anak semangatnya luar biasa, jadi kita mulai mengajarkan mereka membuat baju anak, lalu baju dewasa dan kerudung. Sekarang anak-anak mengikuti tren mode moderen, seperti di Instagram dan marketplace,” kata Rosa.
Pesantren An Nur, Omben, Sampang membuat dua produk untuk OPOP, makanan dan konveksi. Usaha konveksi pesantren ini memproduksi seragam pesantren sendiri dan pesanan dari luar pesantren. “Kami pernah mengirim ke Jepara. Mereka minat kerudung. Kami juga pernah pameran di Jombang,” tuturnya.(iss/lim)