Berbeda dengan pelantikan presiden sebelumnya yang dihadiri jutaan warga, pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris, Presiden dan Wakil Presiden terpilih AS pada Rabu (20/1/2021) dilakukan secara virtual karena masih meluasnya perebakan Covid-19.
Irfan Ihsan, jurnalis VOA melaporkan, pengamanan juga jauh lebih ketat pascaserangan terhadap gedung kongres oleh para pendukung presiden Trump pada tanggal 6 Januari lalu dan pemakzulan Trump oleh DPR.
Semua ini berdampak pada warga yang tinggal di ibukota ini. Pagar setinggi dua meter dan penutup jalan dari beton menutupi jalan-jalan di sekitar gedung kongres AS dan geung putih
Metrorel yang merupakan sistem transportasi umum utama di kota ini menutup hampir seluruh stasiunnya yang terletak di ibukota Washington DC.
Untuk menambah pengamanan, inaugurasi kali ini juga menurunkan lebih dari 25 ribu pasukan garda nasional bersenjata lengkap.
Denisya Utari, diaspora Indonesia yang bekerja di World Bank yang terletak di pusat kota ini merasa sangat khawatir melihat peningkatan pengamanan ini.
“Penerapan pengamanan supermaksimal saat ini di DC secara teknis tidak cukup terasa karena masih pandemi jadi tidak bisa ke mana-mana juga. Tapi, secara mental pasti was-was sekali mengingat minggu lalu ada protes sampai gedung Capitol Hill diduduki massa. Untuk sementara saya berencana tidak keluar rumah dulu. Kalau butuh makanan bisa pesan online supaya tidak usah keluar rumah,” kata Utari.
Morgan, warga Amerika yang tinggal di Washington DC mengatakan pengamanan ketat membuatnya tenang tapi sekaligus sedih. Dia menyayangkan adanya orang-orang yang ingin mengacaukan inaugurasi, tapi dia percaya dengan pengamanan yang dilakukan.
Morgan merasa sedih karena orang-orang tidak dapat hadir di acara yang biasanya meriah ini karena pandemi Covid-19.
Jose Barahona, seorang barista yang tinggal di Maryland, yang biasanya hanya perlu menempuh perjalanan kurang dari 30 menit dengan mobilnya, kini terpaksa menempuh perjalanan 1,5 jam dengan bus menuju kedai kopi tempat dia bekerja yang berjarak dua blok dari gedung putih.
Vivit Kavi, diaspora Indonesia pemilik kedai kopi mengatakan di awal Januari, dia beserta pemilik usaha yang terletak di sekitar gedung putih didatangi petugas pengamanan presiden yang mengatakan tempat usaha mereka tetap bisa buka seperti biasa di hari inaugurasi.
Namun semua itu berubah setelah insiden penyerangan di Capitol Hill. Vivit menerima email terkait perubahan itu seminggu sebelum inaugurasi.
“Karena terletak di White House Zone, semua orang yang akan masuk akan dipertanyakan alasannya oleh National Guard. Jadi lebih baik kami buka secara virtual. Online tetap berjalan tapi secara fisik sepertinya kurang kondusif untuk buka,” kata Vivit.(iss/ipg)