Dokter Joni Wahyuhadi Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim mengakui, dari 12 nama yang sudah diusulkan jadi penerima pertama vaksin Covid-19 Sinovac di Jatim sudah menerima SMS konfirmasi.
SMS dari Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan fitur SMS blast dari operator jaringan seluler itu, kata Joni, belum merata diterima oleh semua orang yang diusulkan. Karena itu tidak dia umumkan.
“Sudah tahu, ya, siapa saja. Waktu rapat di Jalan Pahlawan. Sebagian sudah menerima SMS. Tapi lainnya belum. Makanya kami belum berani sampaikan,” kata Joni di Grahadi, Rabu (13/1/2021).
Satgas Covid-19 Jatim sebagai penyelenggara vaksinasi pertama di Jatim pun terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Jatim dan Sub Direktorat Imunisasi Kemenkes.
“Saya buka saja. Yang sudah menerima SMS, saya. Pak Sekda belum menerima. Tapi sudah kami usulkan. SMS saya terima tadi pagi. Saya lihat nomor tiketnya sudah ada, besok saya tukar di sini,” selorohnya.
Sebelumnya, Pemprov Jatim sudah mengusulkan 12 nama sasaran pertama vaksinasi Covid-19 di Jatim. Emil Dardak Wakil Gubernur Jatim dan Arumi Bachsin istrinya, dua di antara mereka.
Khofifah Gubernur Jatim, yang tadinya sudah mengusulkan ke Kemenkes untuk menjadi salah satu sasaran pertama vaksinasi tidak masuk daftar itu setelah dirinya terjangkit Covid-19.
Pada prosesnya, Joni menjelaskan, masing-masing peserta yang sudah mendapat SMS masih perlu menjawab kurang lebih 16 pertanyaan di meja pemeriksaan di Grahadi.
“Kalau jawaban dari pertanyaan itu dianggap kontra indikasi, ya ditunda, vaksin untuk saya. Beberapa (pertanyaan) di antaranya apakah punya sakit jantung, sakit ginjal, diabetes tidak terkontrol,” ujarnya.
Keputusan lanjut atau tidaknya vaksinasi untuk peserta yang sudah mendapatkan konfirmasi dari Kemenkes ada di tangan petugas. Kalau petugas menyatakan belum waktunya, vaksinasi ditunda.
“Kalau menurut petugas oh ini belum waktunya, harus diperbaiki dulu, ya berarti denial, tidak bisa menerima vaksin di meja tiga,” ujarnya Joni menegaskan tentang prosedur vaksinasi Covid-19.
Joni kembali berupaya meyakinkan masyarkat bahwa Vaksin Covid-19 buatan Sinovac asal Cina, yang bekerja sama dengan Biofarma, efektivitasnya sudah di atas syarat WHO.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah menyampaikan itu. Berdasarkan uji klinik di Indonesia, efektivitas vaksin Sinovac mencapai 65,3 persen, di atas standar WHO yang 50 persen.
“Kemudian, dikenalinya vaksin di dalam tubuh itu atau imunogenitasnya 99 persen. Jadi setelah tiga bulan tubuh akan mengenali vaksin ini, kemudian tubuh memproduksi antibodi. Itu 99 persen,” ujarnya.
Joni memastikan, vaksin Covid-19 Sinovac ini merupakan jenis vaksin yang biasa dikembangkan di Indonesia. Yakni virus yang sudah dilemahkan sebagaimana vaksin lain seperti vaksin polio dan sebagainya.
“InsyaAllah sama seperti vaksin-vaksin lain. Jenis vaksin yang sudah biasa dikerjakan di Indonesia. Hanya untuk Covid-19, ini memang yang pertama. Moga-moga tidak ada masalah,” katanya.(den/tin/lim)