Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan puncak musim hujan akan terjadi sampai Februari 2021.
“Saat ini tercatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 Zona Musim telah memasuki musim hujan,” kata Dwikorita Karnawati Kepala BMKG melalui keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net pada Rabu (13/1/2021).
Sebagian besar wilayah Indonesia saat ini telah memasuki puncak musim hujan. Untuk itu, BMKG terus meminta masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat.
Pada 12-18 Januari 2021 fenomena gelombang atmosfer ekuator MJO (Madden Julian Oscillation) sedang aktif di Samudera Hindia bagian timur, yang dapat mensuplai masa uap air dan konvektifitas udara. Kehadiran MJO dapat ber-superposisi dengan penguatan Monsun Asia yang ditandai semakin kuatnya aliran angin lintas ekuator di Selat Karimata.
Oleh karena itu BMKG meminta masyarakat Jawa Timur mewaspadai potensi cuaca ekstrem mulai tanggal 12 hingga 18 Januari 2021.
Cuaca ekstrem tersebut sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai kilat/petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.
BMKG juga menyampaikan informasi potensi banjir kategori menengah hingga tinggi untuk 10 hari kedepan, agar menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap potensi bencana banjir, longsor, dan banjir bandang.
Berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, PUPR dan BIG, masyarakat di daerah Jawa Timur bagian barat dan wilayah Tapal Kuda serta Madura perlu mewaspadai potensi banjir.
Gelombang Tinggi
Selain itu, masyarakat dan pengelola pelayaran juga diminta untuk terus memonitor informasi BMKG, guna selalu mewaspadai Peringatan Dini Gelombang Tinggi khususnya pada tanggal 12-14 Januari 2021.
Diprediksikan tinggi gelombang 2,5 – 4,0 meter (rough sea) berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, perairan utara Pulau Sabang, perairan Pulau Enggano – Bengkulu, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Jawa, Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan Jawa, perairan timur Kep. Bintan-Kep. Lingga, perairan Kep. Talaud, Perairan utara P. Bangka, perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, serta Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat.
Sementara gelombang dengan ketinggian 4,0 – 6,0 meter (very rough sea) berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Anambas – Kepulauan Natuna, Laut Natuna, dan perairan utara Singkawang. Sedangkan tinggi gelombang lebih dari 6,0 meter (extrem sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.
Penerbangan
Berdasarkan analisis dan prediksi BMKG, saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan.
Potensi pembentukan awan CB tersebut terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Samudera Hindia Selatan Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua.(iss/ipg)