Jumat, 22 November 2024

Ini Alasan Uji Preklinis Vaksin Merah Putih Harus dengan Hewan Spesifik

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Hamster SPF yang dibutuhkan untuk uji preklinis vaksin Merah Putih. Foto: sciencemag

Prof. Dr Fedik Abdul Ratam, drh Ketua Peneliti platform viral vector Vaksin Merah Putih Unair menjelaskan alasan, kenapa vaksin merah putih harus diuji coba ke hewan yang spesifik.

Ada tiga tahap uji coba hewan Vaksin Merah Putih. Pertama ke Hamster, kemudian ke Ferret, mamalia sejenis musang, lalu ke kera. Semuanya harus bebas penyakit atau Specific Patogen Free (SPF).

Harus spesifik terhadap tiga hewan itu, kata Prof Fedik, karena dengan uji coba terhadap hewan spesifik itulah kelainan akibat virus Covid-19 di organ-dalam hewan bisa diteliti. Selain hewan-hewan itu tidak bisa.

“Kami harus menguji coba ke hamster dan sebagainya, karena memang bisa dideteksi kelainan di paru-parunya kalau ada infeksi corona. Kalau hewan lain itu tidak spesifik begitu,” ujar Fedik, Minggu (10/1/2021).

Uji coba secara bertahap terhadap tiga jenis hewan itu juga bukan tanpa alasan. Ini dilakukan sebagai bagian dari penyempurna formula vaksin. Mulai dari hewan paling umum sampai yang ke arah manusia.

“Memang bertahap. Habis Hamster ke Ferret, baru setelah itu ke Kera. Kami evaluasi sejak tahap pertama, apakah setelah vaksinasi virusnya masih ada di organ-organ setelah seeding?” Katanya.

Kalau virus masih ditemukan, peneliti akan memperbaiki seed vaksin atau formulasi vaksin yang sudah ditentukan. Kalau sudah benar-benar bebas, peneliti melanjutkan ke Ferret lalu ke Kera.

Kera sebagai hewan uji coba terakhir, kata Fedik, adalah tingkat tertinggi yang mana organ tubuhnya mendekati (mirip) manusia. Kalau semua sudah, barulah penelitian masuk ke uji klinis.

Untuk melaksanakan uji preklinis ke tiga jenis hewan itu ternyata tidak mudah. Biayanya pun tidak murah. Karena itulah uji preklinis ini tertunda.

Sebelumnya diberitakan, Tim Konsorsium Penelitian Vaksin Merah Putih Unair terkendala pengadaan Hamster sebagai satu dari tiga hewan uji coba yang perlu didatangkan dari Cina.

Hamster yang bebas penyakit atau terkategori SPF tidak tersedia di Indonesia. Mengimpor dari Cina harganya pun cukup mahal. Per ekor mencapai Rp2,7 juta. Padahal kebutuhannya sampai 105 ekor.

Tim peneliti Unair yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia pun sedang memesan Hamster sesuai kebutuhan. Mereka belum menemukan sumber untuk pengadaan Ferret.

“Ferret lebih mahal lagi, kami cari (sumber impor) belum ketemu. Kalau kera itu satu ekor Rp20 juta. Tapi kalau untuk kera, teman di Bogor ada. Di tangerang juga ada. Kebutuhan kera kira-kira 40 ekor,” katanya.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs