Stikom Surabaya gelar Final Exam Collborations bertema: Big Data, Internet of Things, dan Startup Festival, Kamis (17/1/2019) tanggapi trend Revolusi Industri 4.0.
Final Exam Collborations dijadwalkan meningkatkan daya saing dan eksplore skill para mahasiswa, dengan memanfaatkan ide-ide kreatif di dunia digital yang bermanfaat untuk masyarakat.
Para mahasiswa dituntut memunculkan gagasan-gagasan serta ide-ide baru dengan sekaligus dilatih membuat karya dalam bentuk aplikasi, yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Valentinus Roby Hananto Dosen Sistem Informasi Stikom Surabaya menyampaikan bahwa mahasiswa harus diberikan tempat dalam rangka menyalurkan ide-ide dan gagasan-gagasannya menghadapi Revolusi Industri 4.0.
“Menyikapi trend masa kini dalam kaitannya dengan Industri 4.0., mahasiswa dengan ide-ide menarik dan aplikatif harus difasilitasi. Dan dengan kompetensi yang ada karya-karya itu dapat dilihat masyarakat,” terang Valentinus Roby Hananto.
Sekaligus, lanjut Roby, kegiatan semacam ini diharapkan membangun team work diantara para mahasiswa sehingga mahasiswa bisa berkreasi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Kegiatan yang untuk pertama kali digelar Stikom Surabaya ini diikuti sekurangnya 13 tim finalis dari 5 startup, 5 big data, dan 3 IoT, yang telah melewati sejumlah seleksi yang dilakukan panitia.
“Karya-karya itu juga akan dipresentasikan dan didemokan di hadapan para praktisi. Diantaranya praktisi CEO Track ID, GM IT Strategi Semen Gresik dan Kepala Pusat Pengembangan Teknologi Informasi Stikom Surabaya,” tambah Roby.
Karya-karya para mahasiswa meskipun merupakan karya dari satu diantara mata kuliah, setiap karya sudah menyertakan hasil pengamatan fenomena yang ada ditengah-tengah masyarakat.
Seperti yang dibuat M. Yaqub, Adrian Febiyanto, Syarif Hidayat dan Sigit Wahono dari program studi Teknik Komputer yang menghadirkan aplikasi monitoring arus dan tegangan listrik dengan menggunakan smartphone.
Dengan menggunakan aplikasi tersebut, maka pengguna dapat memantau arus listrik atau kelebihan tegangan listrik, sekaligus alat ini mencegah trip (mati lampu) yang menyebabkan kebakaran akibat konsleting listrik.
“Alat ini lebih cocok untuk kos-kosan. Karena akan mempermudah pemilik kos untuk pembayaran listrik sesuai pemakaian listrik, sehingga anak kos tidak dirugikan, terkait pembayaran biaya listrik,” papar Adrian Febiyanto.
Dengan menambahkan sensor ke setiap alat seperti lampu, kulkas dan mesin cuci mislanya, maka pernagkat itu dapat dimatikan dan dihidupkan arus listriknya dari jarak jauh dengan menggunakan smartphone.
“Dengan ongkos produksi tidak lebih dari 100 ribu rupiah, maka alat ini tergolong murah, jika dibandingkan dengan menambah alat meter yang biasa dipakai PLN pada rumah tangga,” tambah Adrian.
Karya yang lain dibuat Agung Angga W., Ariel Rivelino A dan M. Yusuf Al Azar, ketiganya mahasiswa S1 Sistem Informasi yang membuat aplikasi Sentimen Analyst yang terinspirasi fenomena elektabilitas paslon Presiden 2019.
Tweet dari Twitter dianalisis untuk diklasifikasikan sebagai bagian dari opini tweet secara real time. Mereka menyajikan data sentimen publik pada masing-masing calon presiden menggunakan keyword salah satu paslon.
Aplikasi karya ketiga mahasiswa ini akan mengolah tweet yang berbau sentimen postitif dan negatif dan menghasilkan diagram dan dapat menampilkan tweet yang sudah diolah tersebut.(tok/tin)