Jumat, 22 November 2024

Mulai Produksi, Senin Harga Tempe Bakal Naik

Laporan oleh Anton Kusnanto
Bagikan
Rizqon, pembuat tempe di Kenjeran menata cetakan kedelai yang sudah diberi ragi, Sabtu (2/1/2021). Foto: Anton suarasurabaya.net

Sejumlah pengusaha produsen tahu dan tempe memutuskan untuk menggelar aksi mogok atau berhenti berproduksi sebagai protes lantaran harga kedelai melonjak di pasaran.

Hal itu dibenarkan Udin, salah satu produsen tempe di kawasan Kenjeran, Surabaya, yang juga menghentikan produksinya sejak tiga hari yang lalu.

“Mulai Rabu 30 Desember 2020, sengaja kompak sesama pembuat tempe di Surabaya untuk tidak produksi, karena kedelai naik. Yang tadinya 7.000 rupiah sekilogram, sekarang jadi 10.000 rupiah.” ujarnya.

Namun mulai hari ini, Sabtu (2/1/2021) Udin mulai memproduksi tempe lagi. Ketika ditemui suarasurabaya.net, dia baru saja selesai merebus kedelai. Udin menceritakan, proses pembuatan tempe yang membutuhkan waktu tiga hari.

“Setelah direbus, didiamkam dulu sehari biar dingin. Besok baru bisa dicetak, dimasukan ke plastik.” ujarnya.

Hal serupa juga dilakukan Rizqon, produsen tempe yang juga berada di kawasan Kenjeran. Saat ditemui, dia mulai mencetak kedelai yang sudah diberi ragi untuk kemudian dimasukkan ke dalam plastik panjang.

Senada dengan Udin, Rizqon mengaku proses pembuatan tempe membutuhkan waktu sekitar tiga hari, itupun untuk proses peragian kedelai menjadi tempe yang siap masak.

Ini artinya warga Surabaya masih harus bersabar, paling tidak dua hari lagi. Diperkirakan, Senin mendatang tempe sudah ada di pasaran.

“Senin nanti, kalau sudah jadi dan kita jual di pasaran, tempe bakal naik harganya.” ujar Rizqon.

Menurutnya, momen libur tiga hari ini sebagai jeda harga lama ke harga baru. “Agar warga juga tahu kalau harga bahan utamanya naik”, lanjutnya.

Seperti diketahui, sejumlah lapisan masyarakat, mulai dari produsen, pedagang hingga konsumen, mengeluhkan kenaikan harga kedelai yang mempengaruhi kelangkaan tahu tempe ini. Hal ini juga dibenarkan Hadi Sulistyo Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Jatim, Jawa Timur.

Kelangkaan kedelai, menurut Hadi, karena kedelai termasuk tanaman sub tropis yang budidayanya membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga banyak petani yang beralih ke komoditi lain.

Selain itu menurutnya, skala produksi sampai bulan Desember minus 31.000 karena kebutuhannya sebesar 447.912, sehingga terjadi jadi minus produksi yang diperkirakan menjadi alasan naiknya harga kedelai. Faktor lainnya, kata Hadi, karena kondisi cuaca kering di Amerika.

“Amerika sebagai produsen kedelai menjadi salah satu faktor utama, kenaikan harga seiring dengan kekeringan dapat menyulitkan kondisi dan pasokan,” ungkapnya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Sabtu (2/1/2021).

Selain itu gelombang kedua Covid-19 di banyak negara produsen membuat terhambatnya ekspor impor kedelai. Di dalam negeri, pembatasan wilayah yang terjadi membuat distribusi antarwilayah tersendat.

Serta faktor turunnya daya beli masyarakat sehingga harga ikut terkontraksi.
Pihaknya berupaya dengan berkoordinasi bersama pihak-pihak terkait agar kelangkaan kedelai dapat segera diantisipasi.

“Dengan adanya temuan di lapangan seperti ini kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Disperindag Kabupaten/Kota, dan Satgas Covid kalau ada hambatan di lapangan tentang keluar masuknya kedelai ini,” kata dia. (ton/ang)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs