Dokter Joni Wahyuhadi Direktur Utama RSUD dr Soetomo menyatakan, makin banyaknya masyarakat yang terpapar Covid-19 menyebabkan semakin banyaknya tenaga kesehatan yang terjangkit.
Joni mengatakan, saat ini jumlah pasien di RSUD dr Soetomo mencapai lebih dari 3 ribu orang. Sebanyak 339 pegawai dan tenaga kesehatan di RSUD dr Soetomo, dari total 6 ribu orang yang ada, terpapar Covid-19.
“Yang opname ada 103 pegawai. Kemudian yang isolasi mandiri 236 pegawai,” kata Joni yang juga menjabat sebagai Ketua Gugus Kuratif Satgas Penanganan dan Percepatan Covid-19 Jatim, Selasa (29/12/2020).
Joni menjelaskan, tenaga kesehatan yang paling banyak terpapar justru yang bukan secara langsung merawat pasien Covid-19. Dia simpulkan, penularan justru tidak terjadi pada ruang isolasi khusus (RIK).
“Justru pada saat melakukan pelayanan berobat bahkan tertular dari Orang Tanpa Gejala (OTG) meskipun sudah menggunakan alat pelindung diri (APD),” jelasnya.
Lebih lanjut Joni minta masyarakat untuk membantu nakes. Dia mengaku prihatin pada Senin (28/12/2020) kemarin ada sebanyak 37 pasien Covid-19 yang masuk ke RSUD dr Soetomo.
“Tolong masyarakat membantu kami. Mudah kok sebenarnya, cukup terapkan protokol kesehatan seperti pakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak,” katanya.
Sementara itu kasus kumulatif kematian Covid-19 di Jatim sampai Senin (28/12/2020) jumlahnya mencapai 5.637 kasus. Jumlah kematian ini masih merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Dokter Makhyan Jibril Al Farabi Staf Khusus Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim bilang, kematian pasien Covid-19 di Jatim tertinggi akibat komorbid. “Angkanya mencapai 91 persen dari total kasus kematian,” katanya.
Adapun penyakit penyerta atau komorbid terbanyak pasien Covid-19 di antaranya gagal ginjal, diabetes, hipertensi, juga jantung. Komorbid itu umumnya menyebabkan gagal napas, gagal jantung, dan infeksi sistemik.
“Sekarang muncul kelompok masyarakat yang tidak percaya Covid-19. Banyak pasien yang telat dibawa ke rumah sakit. Kondisinya sudah buruk, misal saturasi oksigennya di bawah 80 persen,” katanya.
Menurutnya kelompok yang tidak percaya Covid-19 ini cukup mempengaruhi. Bila orang itu mawas diri, misalnya ada gejala langsung tes usap dan segera mendapat penanganan, Covid-19 tidak sampai mengalami komplikasi.
“Kami banyak menemui kasus death on arrival. Meninggal karena sudah terlambat dan meninggal di UGD. Kebanyakan yang terjadi, banyak masyarakat yang takut ke rumah sakit mengalami happy hypoxia,” kataya. (den/iss)