Sabtu, 23 November 2024
Debat Capres-Cawapres

Pengamat: Debat Capres Pertama Tidak Nendang dan Masih Kering Gagasan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Suko Widodo Dosen Komunikasi Unair. Foto: Istimewa

Debat Capres-Cawapres 2019 pertama yang diadakan Kamis malam (17/1/2019) kemarin, memang telah usai. Namun pembahasannya masih terus berlangsung hingga saat ini di media sosial.

Suko Widodo pengamat Komunikasi Politik sekaligus Humas Universitas Airlangga mengatakan, debat yang berlangsung dianggap kurang memberikan pengetahuan yang memadai seperti yang diharapkan masyarakat.

“Jadi bayangan saya ini debat akan menarik, lebih ke paparan visi misi, tapi ternyata tidak. Tidak nendang dan gregetnya kurang. Mungkin ini (debat, red) merupakan proses panjang persaingan, medsos lebih kerasa gregetnya,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (18/1/2019).

Menurutnya, masih banyak pembahasan yang diluar konteks. Meski sudah ditetapkan temanya adalah hukum, HAM, korupsi, dan terorisme, namun masih saja ada paslon yang melebar seperti membahas ekonomi. Padahal, KPU telah memberikan kisi-kisi debat yang diharapkan agar para paslon dapat lebih fokus pada pembahasan.

Suko menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat debat kurang menarik. Pertama, penguasaan materi data yang masih kurang. Jika pun ada, paslon kesulitan untuk dapat menyampaikan dalam tempo singkat. Serta pembahasan yang cenderung ke belakang, bukan visioner kedepan.

“Cara menyampaikan agak lari ke belakang, padahal saya ingin melihat sisi-sisi kedepan, ada kekeringan gagasan disitu. Misal ada pertanyaan HAM, bagaimana implementasinya. Mestinya mereka mengatakan Indonesia di posisi sekian, kalau saya jadi presiden akan begini begitu, ada edukasi, mengajak media dan lain-lain, jadi ada konsep yang diantarkan ke masyarakat. Rumusnya komunikasi kan know your audience,” papar Suko.

Namun menurutnya, yang terjadi malah paslon sibuk sendiri dan terjebak diluar konteks pembahasan, bukan menawarkan gagasan. Sehingga masyarakat belum mendapat sesuatu yang baru dan visioner.

Debat pertama kemarin juga dianggap masih belum bisa menarik swing voters dan beberapa kaum milineal. Ini dikarenakan kandidat belum mampu memberikan narasi-narasi mendalam yang ditawarkan.

Namun disisi lain, Suko menilai tetap ada kelebihan debat pertama ini dengan debat capres-cawapres lima tahun yang lalu.

“Jokowi lebih tenang, kalau (debat, red) 2014 sering menundukkan kepala, kurang percaya diri, sekarang lebih berani menatap lawan. Prabowo juga lebih bisa mengatur ritme sehingga tidak tampak emosi. Mereka berdua punya aspek komunikasi yang lebih bagus,” pungkasnya.

Untuk itu, Suko Widodo berharap, debat capres-cawapres selanjutnya lebih banyak persiapan dari kedua paslon. Selain itu juga setting panggung yang lebih berjarak dengan penonton agar tidak ada gangguan saat paslon berbicara.

“Saya berharap persiapan kandidat lebih matang, dan setting panggung agar penonton tidak jadi noise, agar kandidat bisa leluasa mengeksplor agar tidak ada kegaduhan. Lalu jangan ada yang terskip-skip, perlunya pentajaman konsep gagasan, bukan pemikiran sebagai perpanjangan subjektif,” tutup Suko. (tin/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs