Peranan ayah tidak bisa dianggap remeh dalam menjaga kesehatan sebuah keluarga. Keputusannya untuk meletakan pondasi kesehatan buah hatinya di rumah menjadi penting dalam rangka menyelamatkan generasi unggul dan sehat.
dr. Herlin Ferliana M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menuturkan, imunisasi merupakan program yang sangat efektif untuk memenuhi target SDGs dengan penurunan angka kematian bayi 25 per 1.000. Apalagi Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita.
“Sebanyak 50% disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae dan 20% disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b,” terang dr. Herlin Ferliana, Senin (21/12/2020) pada Edukasi Media dan Penyebaran Komunikasi Publik Peran Ayah dan Pencegahan Pneumonia pada Anak dengan Imunisasi.
dr. Herlin melanjutkan, vaksin Pneumokokus Konyugasi (PCV) sudah diintroduksi di Indonesia. Semua diawali dengan demonstration program di Provinsi NTB dan Bangka Belitung serta selanjutnya diintroduksi secara nasional, yakni bertahap mulai 2020 sampai 2024.
“Vaksin PCV yang akan digunakan telah memiliki ijin edar dari BPOM dan sertifikat halal dari IFANCA,” ungkap dr. Herlin. Diperlukan kerjasama yang terpadu dengan semua pihak untuk mencapai imunisasi PCV yang sukses. “Peran ayah sangat penting dalam kesuksesan imunisasi PCV,” ujar Herlin.
Arumi Bachsin Ketua Tim Pengerak PKK Provinsi Jawa Timur menambahkan guna menjaga kesehatan keluarga diperlukan support system yang ada di rumah, termasuk peran suami sebagai kepala rumah tangga.
“Bagi para ayah, ayo kita harus support ibu-ibunya. Karena, vaksinasi yang dilakukan pada anak penting untuk kesehatan mereka,” kata Arumi.
Kesehatan bagi anak, lanjut Arumi terutama yang disiapkan sebagai kesehatan komunitas harus bisa dilakukan. Upaya memastikan peran yang dilakukan tiap keluarga akan menjadi pembeda dalam menjaga kesehatan bagi anak, termasuk Pneumonia. “Ketika anaknya divaksi pun, ayah harus mengantarkan sekaligus menjadi bapak siaga,” tegas Arumi.
Arumi yakin, ketika kesehatan anak bisa dijaga maka estafet penerus bangsa ini akan tersedia. Vaksin yang ada akan memastikan kesehatan anak-anak di masa mendatang. “Ayo semangat vaksinasi untuk anak-anak kita, demi masyarakat dan kesehatan anak-anak kita di masa mendatang,” kata Arumi.
Ditambahkan Dr. dr. Dominicus Husada, Sp.A.K., Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur menyampaikan bahwa seorang ayah di rumah memiliki peranan kunci dalam menentukan kesehatan keluarga, termasuk pencegahan Pneumonia. Selama ini, pemaksimalan peran ayah belum banyak diangkat.
“Sosok ayah juga memiliki komunitas seperti pertemuan khusus kaum mereka, ada pengajian, rapat RT-RW di berbagai komplek mereka,” papar dr Dominicus. Selama ini, fokus kesehatan keluarga selalu saja pada ibu si anak.
Pasalnya, ibu yang merawat dan bersama si anak untuk jangka waktu yang lama sepanjang hari. “Kombinasi peran ayah yang maksimal akan melengkapi sebuah keluarga dalam membangun pertahanan kesehatan,” urai dr. Dominicus.
Pneumonia sendiri, tambah dr. Dominicus merupakan keradangan pada paru-paru yang menyerang pernapasan. Pneumonia terjadi karena adanya infeksi yang berasal dari mahluk hidup asing yang masuk di tubuh seseorang dan menimbulkan proses penyakit.
“Penyebabnya bisa dari virus, bakteri, jamur, bahan kimia, bahan beracun maupun mahluk hidup kecil lainnya,” ujar dr. Dominicus. Pneumonia begitu berbahaya karena menyerang saluran napas. Proses penularannya pun bisa ditulari orang lain maupun ketika menghirup bahan berbahaya.
“Penyebarannya bisa lewat droplet atau percikan ludah. Ketika seseorang bicara, batuk, bersin, maupun meludah. Bisa juga melalui partikel penyebab infeksi yang melayang di udara,” papar dr. Dominicus.
Pneumonia menyerang bayi, anak-anak, sampai orang lanjut usia (lansia). Tentu, orang dengan sistem imun yang buruk akan lebih muda terkena Pneumonia. “Jadi Penumonia ini menempati urutan pertama penyebab kematian balita di seluruh dunia. Bergantian dengan penyakit diare yang juga penyebab kematian bagi balita,” tegas dr. Dominicus.
Bagi tiap keluarga, terutama untuk ayah yang menjadi dirigen di rumah harus bisa mengetahui ciri-ciri Pneumonia. Biasanya diawali dengan panas, batuk-batuk dan pilek. kemudian muncul sesak napas. “Akhirnya pernapasan cuping hidung. Termasuk otot dada digunakan dengan kuat. Semakin lama anak semakin lemah dan menuju gagal napas,” terang Dominicus.
Dalam situasi ini, katanya, pencegahan selalu lebih baik dari pada mengobati. Apalagi tidak semua penyakit ada obatnya. Kalau pun tersedia, biaya dan sumber daya selalu lebih besar dibandingkan upaya pencegahan. “Upaya pencegahan itu bisa dilakukan lewat imunisasi Pneumonia,” tambahnya.
Dr. Nur Ainy Fardana Psikolog Universitas Airlangga Surabaya menuturkan, peran penting ayah sebenarnya dimulai sejak bayi dalam kandungan. Dibutuhkan dukungan emosi dan perhatian ayah terhadap kondisi kehamilan ibu.
“Makanya ayah yang terlibat mengasuh anak sejak awal terbukti memberi kontribusi terhadap berkembangnya rasa aman dalam sisi emosi anak. Perhatian dan kasih sayang ayah kepada anak semasa bayi memberi sumbangan besar bagi terjalinnya kedekatan emosi ayah dengan buah hatinya,” tegas Nur Ainy Fardana.
Saat ini, di era keterbukaan informasi maka seorang ayah perlu memahami fakta-fakta Pneumonia pada anak. Perlunya sosialisasi dan edukasi yang tepat terkait risiko, pencegahan dan penanganan penyakit yang mengancam buah hatinya.
“Seorang ayah perlu mengambil keputusan secara tepat dalam pencegahan dan penanganan Pneumonia,” ujar Nur Ainy Fardana. Seorang ayah juga mengambil peran besar dalam menyiapkan anak untuk menghadapi tantangan hidup, termasuk bagaimana ayah mempersiapkan perlindungan terhadap kesehatan anak di masa depan. Satu diantaranya adalah persiapan matang mencegah Pneumonia.(tok/ipg)