Jembatan bambu yang mengubungkan Desa Candiharjo dan Desa Bandarsari di Kecamatan Ngoro Mojokerto, putus. Jembatan apung sepanjang 180 meter itu terputus menjadi tiga bagian setelah diterjang derasnya arus air Sungai Brantas.
Anang Sujiono, PJ Kepala Dusun Kesono, Desa Candiarjo, Kecamatan Ngoro, Mojokerto mengatakan jembatan itu terputus sekitar dua minggu yang lalu, saat hujan deras menguyur Mojokerto.
“Putusnya sekitar dua minggu yang lalu, sekitar pukul 22.00 WIB,” katanya saat dikonfirmasi Fuad reporter Maja FM pada Jumat (18/12/2020).
Menurutnya, jembatan selebar dua meter yang dikelola oleh pihak swasta tersebut merupakan akses satu-satunya warga dua desa yang akan melakukan aktivitas sehari-hari. “Kalau jembatan itu terputus warga harus memutar lewat Jasem, kisaran 10 kilo, karena jembatan tersebut biasanya menjadi akses warga yang akan ke Pasar Porong dan warga yang bekerja ke Ngoro,” jelasnya.
Sebenarnya, di sepanjang Sungai Brantas ada Jembatan Sutam di Desa Tambakrejo–menghubungkan Dusun Tambakrejo dengan Dusun Bangunrejo–yang bisa menjadi akses alternatif warga dalam beraktivitas. Namun, saat ini jembatan terebut diputus pengelolanya karena kondisi sungai yang deras.
Pihak pemerintah desa telah berupaya mengajukan pengajuan adanya pembuatan jembatan penghubung antar desa yang melewati Sungai Brantas. Namun, hingga sampai saat ini belum ada respon dan belum juga terealisasi.
“Kita sudah ajukan ke pemerintah kabupaten soal pembangunan jembatan, namun hingga kini belum terealisasi karena terkendala terkendala struktur, sebab wilayah tersebut masuk dalam kewenagan dari BBWS Brantas,” ujarnya.(fad/iss)