Jumat, 22 November 2024

Covid-19 Meningkat, Ruang ICU RSUD Dr Soetomo Penuh

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi. Grafis: Didik suarasurabaya.net

Ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit rujukan untuk pasien terinfeksi Covid-19 di Surabaya, tercatat penuh. Hal itu disampaikan dr Bambang Pujo Semedi Kepala ICU dan Ruang Isolasi RSUD dr Soetomo, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (15/12/2020) siang.

Kondisi itu, kata dr Bambang, terlihat sejak pertengahan November sampai sekarang. Menurutnya, peningkatan keterisian ruang ICU terjadi signifikan dan merata di seluruh rumah sakit di Surabaya. Ini seiring kasus Covid-19 yang juga kembali meningkat.

“Satu bulan terakhir ini peningkatannya signifikan ya (keterisian ICU, red). Pada bulan Oktober, kita sempat kosong ruang ICUnya. Namun pada pertengahan November sampai saat ini malah meningkat banyak dan selalu penuh,” kata dia.

dr Bambang mengungkapkan, ada 12-13 tempat tidur yang tersedia di ICU dan ruang isolasi khusus pasien Covid-19. Pasien Covid-19 yang dirawat di ruang tersebut adalah yang kondisinya kritis. Seperti disertai gejala pernapasan yang sangat berat dan membutuhkan bantuan oksigen yang sangat tinggi.

Umumnya, kata dia, pasien yang dirawat di Ruang ICU memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Sehingga, dalam perawatannya dibutuhkan monitoring yang sangat ketat.

“Monitornya harus ketat, karena perburukannya sangat cepat. Biasanya pasien yang datang itu sudah berat, sehingga tim medis agak kesulitan,” ujarnya.

dr Bambang mengatakan, pasien terkonfirmasi Covid-19 bisa melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya perburukan klinis. Sehingga ketika mulai mengalami gejala berat, langsung bisa ditangani secara intensif.

Namun kenyataannya, lanjut dia, pasien terkonfirmasi Covid-19 takut untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Tidak sedikit mereka yang kemudian datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi gejala sangat berat dan sulit untuk ditangani.

Pada awal kasus Covid-19, tingkat kematiannya sangat tinggi. Bahkan hampir 90 persen, pasien Covid-19 menggunakan alat bantu napas. Dengan demikian, deteksi dini itu, menurutnya, perlu dilakukan agar tidak terjadi ke fase yang berat. Tentunya, deteksi dini ini membutuhkan peran dari keluarga.

“Kuncinya disitu, deteksi dini. Tapi mereka ada yang takut ke rumah sakit dengan alasan takut di Covid kan (didiagnosa Covid-19, red). Padahal kalau cepat ditangani, maka dia tidak akan jatuh ke alat bantu napas, dan survive nya akan tinggi,” kata dia.

“Jangan takut, kalau soal ventilator atau alat bantu napas, kita punya banyak. Namun yang jadi masalah, siapa yang bekerja untuk merawat segitu banyaknya? Yang bekerja ini yang gak cukup. Belum nanti kalau dokter atau perawatnya sakit, maka akan berkurang tenaganya,” jelasnya.

dr Bambang mengimbau, dalam kondisi seperti ini, agar masyarakat tetap memerhatikan protokol kesehatan. Tidak perlu keluar rumah kalau tidak penting, dan menghindari kerumunan.

“Kita saat ini hidup di era tidak normal, maka kegiatan sosial yang tidak perlu, tidak usah dilakukan. Kumpul-kumpul atau ngopi di warung dalam jangka waktu lama, sebaiknya tidak dulu. Kita ingat kita sehat, tapi orang tua kita dirumah apalagi ada penyakit penyertanya kalau sampai kena, itu akan fatal. Kita harus tahu, rumah sakit sudah penuh. Sehingga sulit cari pertolongan terutama kasus-kasus berat. Dan kelihatannya ICU di Surabaya juga penuh,” pungkasnya. (ang/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs