Jumat, 22 November 2024

Peneliti SSC Ungkap Faktor Keunggulan Eri-Armudji Versi Quick Count

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Para kader PDI Perjuangan Kota Surabaya berkumpul di posko usai pidato Eri Cahyadi Calon Wali Kota Surabaya menang versi quick count pada Rabu (9/12/2020) kemarin. Foto: Istimewa

Menurut hasil hitung cepat 4 lembaga survei, yakni Surabaya Survey Center (SSC), Charta Politika, Populi Center dan Poltracking di Pilkada Kota Surabaya 2020, pasangan Eri Cahyadi-Armudji unggul atas pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dikisaran angka 13-15 persen.

Mochtar W Oetomo Direktur SSC mencatat setidaknya ada delapan faktor yang melatarbelakangi kemenangan Erji atas Maju.

“Pertama, Surabaya basis tradisional PDIP. Meski ada faksi- faksi dalam tubuh PDIP surabaya, faktanya solidaritas kader-kader PDIP yang sudah mendarah daging sulit untuk digoyahkan. Sikap gotong royong yang sudah menjadi naluri ditubuh PDIP otomatis menggelora dan menggelinding dalam konteks tertentu yang diperlukan,” katanya dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (11/12/2020).

Kedua, lanjut Mochtar adalah faktor Risma sebagai endorser utama pasangan Erji adalah faktor kemenangan yang tidak bisa disangkal. Tingkat kepuasan masyarakat surabaya pada Risma yang melebihi 90% menjadikan strategi transfer device Erji dengan menggunakan pengaruh Risma, terbukti jitu dan efektif. Surat Risma dan video ajakan Risma di detik-detik akhir jelang coblosan kian menguatkan strategi ini.

“Faktor Risma effect tidak bisa disangkal. Karena tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Risma melebihi 90 persen,”ujarnya.

Ketiga, Blunder video hancurkan risma. Viral video ini justru sangat menguntungkan Erji karena lahirnya simpati publik utamanya dari kalangan emak-emak. Bahkan swing voters MAJU diindikasikan banyak berpindah ke Erji karena berbagai blunder yang dilakukan oleh tim Maju.

“Selain itu, blunder video hancurkan Risma sangat menguntungkan Erji,”ungkap Mochtar.

Keempat, tim dan relawan yang lebih ramping dan efektif. Dengan hanya didukung oleh PDIP dan PSI, tim Erji jauh lebih militan dan efektif, serta lebih simple dan fokus dalam berbagai koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi. Berbeda dengan begitu banyaknya partai pendukung Maju yg membuat segala koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi menjadi lebih kompleks, hingga menimbulkan banyak resiko faksionalitas dan uncoordinated. Hingga munculnya kasus video hancurkan risma.

Kelima, Eri jadi sosok paling pembeda di antara 4 kandidat yang ada. Paling muda dan good looking dan relatif terlihat paling memahami dan menguasai tata kelola pemerintahan surabaya dengan background nya sebagai ASN pemkot dan Kepala Bappeko.

Keenam, Debat publik yg menunjukkan penguasaan data dan masalah pada pasangan Erji jauh lebih komprehensif dibanding Maju sedikit banyak memberi andil pada pergerakan swing voters, krn pemilih surabaya relatif lebih rasional.

Ketujuh, pemilih surabaya yang relatif rasional dan well informed tidak mudah dipengaruhi dengan berbagai opini, jargon, slogan, informasi hoax, bahkan sembako dan uang. Pemilih rasional dan well informed cenderung information seeking, berusaha mencari sendiri informasi ttg para kandidat melalui berbagai sumber informasi sehingga pemilih ini memiliki preferensi yang mencukupi untuk menentukan pilihannya.

Kedelapan, simbolisasi dan dukungan Nahdliyin. Pasangan Erji mampu mengawinkan simbolisasi ideal Nasionalis-Religius dengan berhasilnya Eri Cahyadi menampilkan simbolisasi dirinya sebagai Nahdliyin.

“Baik melalui ziarah ke berbagai makam, istighosah, pengajian maupun dia penutup saat debat publik kedua. Di samping itu dukungan jejaring NU di level kota juga menjadi faktor yang tentu tidak bisa diabaikan begitu saja,” ujarnya. (bid/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs