Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Lapangan (RSDL) Indrapura Surabaya semakin hari semakin bertambah signifikan, bahkan jumlahnya pecah rekor pada Jumat (11/12/2020) hari ini dengan hampir 300-an tempat tidur sudah terisi penuh.
Laksma Dr dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara Penanggungjawab RSDL Indrapura Surabaya mengatakan, peningkatan jumlah pasien sudah terlihat sejak bulan November lalu. Pasien terus berdatangan mulai dari gejala ringan hingga berat.
Ia mengatakan, dari ratusan orang yang terpapar Covid-19, banyak di antaranya yang “datang” terlambat karena telat melakukan pemeriksaan diri saat sudah mengalami gejala Covid-19.
“Alasan (terlambat) karena keluhannya batuk, pilek, sesak, demam, prosesnya sudah lebih dari 7 hari. Kalau ditangani lebih awal tentu prognosisnya jauh lebih baik. Rata-rata begitu. Akhirnya terpaksa dibawa ke perawatan intensif,” kata dr. Nalendra kepada Radio Suara Surabaya, Jumat pagi.
Keterlambatan untuk memeriksakan diri inilah yang menurut dr Nalendra, membuat banyak pasien yang dirujuk ke ICU karena gejala yang dialami semakin parah. Padahal, jumlah ketersediaan kamar ICU di rumah sakit rujukan di Surabaya Raya banyak yang sudah penuh. Hal ini membuat pasien terpaksa dicarikan rujukan ke rumah sakit lain, hingga ke Mojokerto.
Untuk itu, dr. Nalendra mengimbau masyarakat yang mengalami gejala seperti batuk, demam hingga hilangnya indera perasa dan penciuman, segera memeriksakan diri agar dapat didiagnosis dan mendapat perawatan lebih cepat.
“Kalau terlambat penanganannya kan intensif. Sedangkan per hari ini untuk Surabaya Raya saja dari total 144 (kamar perawatan intensif), sudah terisi 142 sisa dua saja. Ini yang ngeri, makanya kemarin sampai ada yang kita bawa ke RS Mojokerto untuk cari yang masih kosong. Itulah kesulitan kita kalau gejala berat,” imbuhnya.
Meski pihaknya sudah memulangkan puluhan pasien setiap harinya, namun lanjut dr. Nalendra, jumlah pasien yang datang ke RS Indrapura masih lebih banyak. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri karena kurangnya ketersediaan tempat tidur beserta saranan pra sarana di sana.
“Pagi ini kita sudah memulangkan 49 pasien, tapi tetap saja yang datang lebih banyak. Ini yang bikin kita khawatir sekali,” ujarnya.
Untuk menangani membludaknya jumlah pasien Covid-19, pihak RSDL Indrapura berencana akan menambah kapasitas tempat tidur (bed). Dari awalnya berjumlah 357 bed akan ditambah menjadi 500 bed. Meski begitu, hal itu harus dibarengi dengan kesadaran penanganan Covid-19 bersama-sama agar jumlah pertumbuhan kasus bisa terus ditekan.
dr. Nalendra menegaskan, di tengah kasus Covid-19 yang naik secara signifikan ini, penentuan klaster sudah sulit diidentifikasi. Ini dikarenakan kasus semakin cepat menyebab baik di keluarga, perkantoran maupun acara-acara yang menimbulkan kerumunan.
Ia berharap, kejadian ini semakin menambah kedisiplinan masyarakat dalam menjaga ketat protokol kesehatan. Terlebih lagi menghindari kegiatan yang memunculkan kerumunan.
“Kayak mantenan, klaster keluarga, pertemuan, yang mereka juga nggak tahu asalnya dari mana. Kita sekarang sudah saatnya tidak ngomongin klaster lagi, karena jadi lucu sekali sumbernya (virus) sudah dimana-mana, kita tidak tahu,” tambahnya.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah juga lebih giat melakukan tracing. Agar jika ditemukan ada orang yang terinfeksi, penanganan bagi pasien yang kemungkinan tertular bisa ditangani lebih awal.
Begitu juga masyarakat, ia mengimbau untuk semakin mengetatkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan sebisa mungkin di rumah saja.
“Patuhi aturan 3M, hindari kerumunan. Kumpul-kumpul di warkop lah, apa lah. Kalau tidak perlu ke luar rumah tidak usah keluar. Libur panjang, dan macam-macam, biarlah teman-teman lihat sendiri efek dari kerumunan itu,” imbaunya.(tin/ipg)