Salah satu pertanyaan panelis dalam Debat Publik Ketiga Pilwali Surabaya 2020, bagaimana paslon menyikapi munculnya ideologi dan gerakan keagamaan yang bertentangan dengan prinsip dasar Pancasila dan UUD 1945?
Machfud Arifin-Mujiaman bila terpilih nanti akan mengatasi radikalisme dengan melakukan pembinaan terhadap orang-orang yang terpapar radikalisme tapi belum sampai melakukan terorisme.
“Terkait kesesatan ajaran maupun radikalisme, tentunya ini akan menjadi perhatian dan pengawasan untuk kita lakukan pembinaan kepada warga yang belum sampai tingkat terorisme,” ujar Machfud.
Dia bersyukur, di bidang ini dia telah berpengalaman karena telah berkecimpung di bidang kepolisian, menjadi Kapolda Jatim dan Kapolda di daerah lain. Dia pun mencontohkan penanganan terhadap pelaku Bom Bali.
“Banyak mereka (pelakunya) berasal dari Lamongan. Sekarang sudah sangat berubah. Mereka rela dibina oleh densus diminta membangun masjid dan kini menjadi pribadi yang lebih baik. Diberi pelatihan dan bisa bekerja normal,” ujarnya.
Pembinaan seperti itu juga akan dia tanamkan sejak dini kepada anak-anak Surabaya terkait toleransi. Sehingga perbedaan antarkelompok antarsuku dan golongan, termasuk dalam hal keyakinan, menjadi suatu kekuatan.
Mujiaman menambahkan, sebagai kepala daerah bila terpilih, dia bersama MA akan menunjukkan kebijakan bersifat inklusif. “Ini harus tercermin pada produk hukum Pemkot Surabaya. Kalau ini kita lakukan, radikalisme bisa kita kurangi,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan tentang pemerataan ekonomi. Menurutnya, Surabaya harus tumbuh supaya kue ekonomi cukup untuk dibagi bersama oleh seluruh warga Kota Surabaya. Karena menurutnya, radikalisme tumbuh dari keterhimpitan keadaan ekonomi.
“Kalau kita sibuk membangun ekonomi Surabaya, maka radikalisme bisa kita kurangi,” katanya.
Sementara Eri-Armuji dalam mengatasi radikalisme mengedepankan kerja sama dengan berbagai pihak di Kota Surabaya. Baik pesantren, ormas, tokoh agama, para mubaligh, juga tokoh pendidik dari SD sampai perguruan tinggi.
“Ideologi dan gerakan keagamaan intoleransi, radikal dan teror. Secara umum radikalisme agama lahir dari doktrin dan keputusan. Itulah bagian kita bagaimana kita bekerja sama dengan semua pihak,” ujar Eri.
Eri memastikan, saat dia terpilih nanti, dia akan membersihkan semua tempat. Baik fasilitas rumah ibadah, kantor pemerintahan, mal, juga perumahan di Surabaya dari kelompok radikal.
“Kami akan memastikan kehadiran negara untuk memperkecil gerak radikalisme,” ujarnya.
Karena perbedaan di Surabaya harus menjadi kekuatan, Eri mengatakan dirinya bersama Armuji nanti akan membentuk ruang di mana semua bisa berkumpul.
“Kami akan bentuk suatu wadah yang bisa memerangi radikalisme di Surabaya. Kami juga akan memastikan tidak ada lagi mayoritas dan minoritas di Surabaya. Kita harus jaga betul saudara kita sehingga tenang di manapun berada. Jangan sampai kejadian bom terjadi lagi,” katanya.
Armuji menambahkan tentang Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang selama ini telah ada di Kota Surabaya, yang mana dalam forum tersebut perwakilan dari semua elemen agama yang ada di Surabaya terwadahi.
“Forum Kerukunan Umat Beragama harus kita tingkatkan supaya bisa bersinergi untuk memerangi radikalisme. Warga Surabaya harus menolak radikalisme, kita semua harus menolak radikalisme, karena ini tidak sesuai norma,” ujarnya.
Radikalisme, kata Armuji juga tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang santun, yang ramah, dan suka dengan kedamaian. Dengan demikian, warga Surabaya akan tetap menjadi bagian dari NKRI sebagai harga mati.(den/dfn)