Minggu, 24 November 2024

Satgas Covid-19 Ungkap Rendahnya Kepatuhan Masyarakat pada Protokol Kesehatan

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
"Kami memilih KBS karena selain sudah berubah bersih dan menyenangkan, juga tidak perlu ke luar kota. Bersama keluarga, liburan murah meriah," terang Ahmad Fakri warga Jombang. Pengunjung memilih menggelar koran dan tikar yang sudah dipersiapkan lalu berkumpul bersama dan menikmati bekal yang dipersiapkan dari rumah.
(Foto: Totok suarasurabaya.net)

Tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia terhadap protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, masih rendah.

Berdasarkan data pemantauan kedisiplinan protokol kesehatan yang dilakukan Satgas Penangganan Covid-19 dari tanggal 18 November 2020, diketahui ada penurunan kedisplinan pada pekan ke-4 November.

Wiku Adisasmito Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 mengatakan, penurunan kedisplinan itu terjadi pada masa libur panjang 28 Oktober sampai 1 November 2020.

“Sangat disayangkan, trennya terus memperlihatkan penurunan kepatuhan individu dalam memakai masker, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Itu bertepatan dengan periode libur panjang tanggal 28 Oktober sampai 1 November 2020,” ujarnya di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (3/12/2020).

Tren penurunan disiplin terus berlanjut pada 27 November 2020. Persentase kepatuhan memakai masker 58,32 persen. Sedangkan untuk menjaga jarak 43,46 persen.

Dari data itu, Satgas Covid-19 menyimpulkan, liburan panjang pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatan.

Berdasarkan peta zonasi kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak, dari 512 kabupaten/kota, tercatat kurang dari 9 persen masyarakat di kabupaten/kota yang patuh memakai masker.

Sementara, kabupaten/kota yang patuh menjaga jarak kurang dari 4 persen.

Dokter Wiku menegaskan, ketidakpatuhan masyarakat pada protokol kesehatan, punya dampak signifikan pada penambahan jumlah kasus Covid-19.

Bahkan, data hari Kamis (3/12/2020), ada lebih dari delapan ribu kasus baru yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Jumlah itu merupakan yang tertinggi sejak wabah Covid-19 terdeteksi di Indonesia.

“Kalau terus terjadi, maka sebanyak apa pun fasilitas kesehatan yang tersedia tidak akan mampu menampung lonjakan yang terjadi,” tegasnya.

Juru Bicara Satgas Covid-19 menambahkan, merujuk hasil studi Yilmazkuday tahun 2020, untuk menurunkan angka kasus positif dan kematian di suatu daerah, minimal 75 persen populasi harus patuh memakai masker.

“Mohon masyarakat sadar, langkah kecilnya untuk mencuci tangan secara teratur, memakai masker yang benar, bahkan upaya kecil untuk berusaha menjaga jarak satu sama lain sangat berdampak bagi kehidupan banyak umat manusia,” pungkasnya.(rid/dfn/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs