Sabtu, 23 November 2024

Emil Berharap Pemimpin Surabaya Berikutnya Punya Atensi pada Gerbangkertosusila

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Desain Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT) Jawa Timur. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Salah satu hal utama dalam proyek percepatan pembangunan di wilayah Gerbangkertosusila Jatim adalah pengintegrasian wilayah dengan transportasi publik yang memadai.

Emil Elestianto Dardak dalam acara yang digelar Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Jatim sudah menjabarkan pentingnya transportasi publik yang lebih efisien di wilayah itu.

Terutama di Kota Surabaya sebagai daerah dengan perputaran ekonomi terbesar di Jatim (25 persen) dengan dukungan lima daerah lainnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Lamongan).

Transportasi publik yang akan dikembangkan Pemprov Jatim sesuai dengan Perpres 80/2019 salah satu yang utama adalah transportasi publik berbasis rel. Yakni kereta api.

Melalui pengembangan transportasi publik kereta di Kota Surabaya dan daerah pendukungnya di Gerbangkertosusila, Pemprov Jatim bermaksud menjadikan Surabaya sebagai Kota Megapolitan.

“Kereta ini punya peluang ditingkatkan. Kami belum ngomong MRT/LRT ya. Kereta ini nyaman dulu gerbongnya, mungkin kereta listrik, lalu juga double track, dan stasiunnya di-upgrade,” ujarnya.

Sebelumnya Emil menjelaskan, EFW, perusahaan transportasi asal Jerman telah melakukan studi peningkatan kapasitas kereta api untuk mengoneksikan kawasan Gerbangkertosusila.

Hasilnya, perlu adanya rekonfigurasi transportasi publik di dalam kota di Surabaya, termasuk penataan stasiun dan penempatan rel supaya transportasi publik berbasis rel ini menjadi efisien.

“Studinya sudah matang ini. Lalu soal pendanaannya, pendanaan bilateral sebenarnya sudah digodok,” ujarnya usai acara di salah satu hotel di Surabaya itu, kepada suarasurabaya.net.

Namun, Emil mengakui, di tengah situasi Pandemi Covid-19 ini, dana-dana dari pemerintah menjadi terbatas. Sebab itulah dia berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat di proyek ini.

“Kami tentu berharap, kepemimpinan Surabaya ke depannya akan benar-benar meneruskan bahkan meningkatkan atensinya terhadap ini (transportasi terintegrasi di Gerbangkertosusila),” ujarnya.

Salah satu peran yang dibutuhkan dari pemerintah daerah, dari pemaparan Emil di acara Inkindo Jatim itu, adalah turut memikirkan solusi rekayasa lalu lintas bila kapasitas kereta sudah meningkat.

Peningkatan kapasitas rel kereta dari yang tadinya single track (dari Stasiun Pasar Turi-Surabaya Gubeng-Stasiun Surabaya Kota (Wonokromo)-Waru) tentu akan menyebabkan peningkatan kepadatan lalu lintas di Jalan Ahmad Yani, misalnya.

Studi EFW sudah memberikan alternatif, untuk rel dari Stasiun Wonokromo sampai Waru bisa direkayasa dengan dibangun melayang (elevated track). Namun, konsep sempat mendapat penolakan dari salah satu kepala daerah terkait.

Alternatif lain yang menurut Emil bisa dilakukan adalah dengan membangun underpass atau flyover di persimpangan sebidang yang ada di sepanjang Jalan Ahmad Yani.

“Bisa dengan memdbenahi satu-satu. Jadi (ada) underpass di Margorejo dan arah Jemursari. Itu harus dikembangkan. Juga di tempat-tempat yang rawan macet. Itu mungkin. Jadi enggak di semua tempat semua orang bisa belok,” ujarnya.

Untuk mengatasi kepadatan akibat lalu lintas kereta yang diperkirakan meningkat tiga kali lipat itu Emil menawarkan adanya kanalisasi di tempat-tempat yang sudah memiliki underpass.

“Jadi ini kombinasi rekayasa lalu lintas dengan pembenahan sarana-prasarana transportasinya,” kata Emil.

Optimalisasi kereta sebagai transportasi publik terintegrasi di Gerbangkertosusila ini, menurut Emil, harus dilakukan kalau Surabaya mau menjadi kota yang lebih besar lagi perekonomiannya.

“Ini ibaratnya sudah bisa dibilang ada istilah middle income trap (di tengah Pandemi). Memang enggak berkaitan langsung. Tapi jangan sampai terjebak pada kapasitas yang terbatas,” ujarnya.

Sebab itu, kata Emil, baik Pemprov Jatim maupun daerah-daerah terkait di Surabaya Raya dan Gerbangkertosusila harus membuka sumbatan-sumbatan yang berpotensi menghambat jalannya pembangunan.

“Saya rasa, apabila kepemimpinan ini (Surabaya selanjutnya) bisa dilanjutkan dengan atensi kepada itu (optimalkan transportasi publik Gerbangkertosusila), InsyaAllah Surabaya bisa jadi penggerak ekonomi yang efektif terhadap Indonesia,” ujarnya. (den/ang/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs