Jumat, 22 November 2024
Warrior Indonesia Bangkit

Adaptif, bila Perlu Berevolusi Hadirkan Bisnis Baru di Tengah Pandemi

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Fachril Maula Assidiqi menjalankan usaha Jahe Merah Organik di Tuban. Foto; Fachril Maula Assidiqi

Kondisi pandemi Covid-19 memunculkan peluang-peluang bisnis baru. Seperti yang dirasakan Fachril Maula Assidiqi, warga Tuban. Pemuda berusia 23 tahun itu sempat merasakan bagaimana pandemi berdampak pada pekerjaannya. Jasa reparasi gadget dan kini beralih menekuni usaha jahe merah organik.

Sebelum pandemi, cukup banyak pelanggan yang menggunakan jasanya. Namun, ketika PSBB mulai diterapkan di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, semuanya berubah. Pria yang akrab disapa Diki itu mengaku, hasil yang didapatkannya menurun drastis.

“Pada bulan Maret 2020 corona pun resmi hadir di indonesia, dan kuliah pun dirumahkan. Tapi saya tetap tinggal di Gresik dan enggan kembali ke Tuban. Saya pada saat itu masih optimis, jika dampak Covid-19 tidaklah besar untuk usaha saya. Namun ketika pemberlakuan PSBB di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, keadaan berbalik drastis,” kata Diki kepada Suarasurabaya.net.

Dengan kondisi yang sulit itu, akhirnya Diki memutuskan untuk kembali ke Tuban pada April 2020. Dia mulai mencari ide untuk membuka bisnis baru. Selama 2 minggu, ia habiskan untuk keliling daerah Tuban dan mencari ide bisnis.

Diki bercerita, selama berkeliling itu, banyak lahan pertanian yang ia lewati. Dari situ ia mulai tertarik untuk menekuni usaha di bidang pertanian. Setelah mencari komoditas apa yang ia gunakan untuk memulai usahanya, akhirnya Diki memilih jahe merah organik dengan media tanam polybag.

Menurutnya, komoditas itu saat ini tengah dibutuhkan oleh masyarakat. Terutama pada kondisi pandemi sekarang, untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Di samping itu, kata dia, keunggulan dari Kota Tuban adalah pertaniannya.

“Malamnya saya buka youtube, lihat referensi pertanian dan muncul jahe merah organik ini. Di pertanian jahe merah organik itu media tanamnya bukan berupa tanah tapi tanah buatan. Terdiri dari 3 komponen, kotoran sapi, arang sekam dan serbuk gergaji. Nah, 3 komponen ini di Tuban bisa dikatakan free,” ujarnya.

Berwirausaha bukan hal baru bagi Diki. Sejak SD, Diki mengaku sudah mulai menggeluti dunia usaha. Mulai dari usaha ulat kacang, peralatan sulap hingga keripik tempe. Ia pun mengambil program S1 Manajemen untuk memperdalam ilmunya.

Bersama teman-temannya, Diki memulai bisnis jahe merah organiknya. Bidang pertanian, menjadi hal baru untuk Diki dan teman-temannya. Semua mereka pelajari lewat media sosial dan berdiskusi dengan pakarnya.

Hasilnya, usaha yang mereka tekuni itu mulai berkembang dan mendapatkan mitra bisnis. Kerap kali, ia mendapatkan permintaan jahe merah organik dalam jumlah besar. Sebab di masa pandemi ini, jahe merah menjadi satu di antara rempah-rempah, yang sedang diminati masyarakat untuk meningkatkan imunitas.

“Singkat cerita, kini total ada 7 petani yang berada dibawah manajerial kami. Dan bukan hanya menjual bibit rimpang jahe merah organik saja. Karena kami mengusung budidaya ini bertemakan organik. Maka di awal Oktober ini kami pun mulai memproduksi pupuk cair organik,” ujarnya.

 

Bibit jahe merah, usaha yang tengah ditekuni Fachril Maula Assidiqi, warga Tuban. Foto: Fachril Maula Assidiqi

 

Selain mendapatkan mitra, usaha jahe merah organik itu juga berhasil masuk dalam 15 Warrior Hunt Indonesia Bangkit Suara Surabaya. Diki berharap, usahanya ini terus berkembang bahkan nantinya bisa menyentuh pasar internasional.

“Covid-19 ini akan memberi dampak negatif jika kita selaku pebisnis tidak menerapkan strategi-strategi adaptif untuk menghadapinya. Bahkan bukan hanya adaptif, bila perlu berevolusi juga agar menjadi suatu bisnis yang baru,” kata dia. (ang/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs