Sebuah video memuat sekelompok orang yang membawa atribut Banteng Ketaton dan sebagian memakai kaos bergambar Machfud Arifin-Mujiaman mengucapkan yel-yel “Hancurkan Risma” jadi perhatian warganet.
Video berdurasi kurang lebih 20 menit itu menunjukkan orang-orang itu meneriakkan “Hancurkan Risma sekarang juga dengan bersemangat. Ketua Banteng Ketaton mengakui, yang di dalam video itu adalah relawannya.
Sri Mulyono Herlambang Ketua Banteng Ketaton Surabaya mengatakan, yel-yel itu diucapkan secara spontanitas dilandasi semangat relawan Banteng Ketaton yang tidak ingin Paslon Macfhud Arifin Mujiaman (Maju) dicurangi.
Menurutnya, sejak awal proses pemilu, Risma telah melakukan berbagai upaya untuk memenangkan Paslon dengan cara yang melanggar ketentuan. Mulai dari memanfaatkan perangkat ASN, sampai bantuan dari APBD.
“Itu yel-yel spontanitas relawan banteng ketaton untuk berjuang bersama. Hanya sebagai penyemangat, bukan provokasi. itu murni semangat relawan yang berkobar karena merasakan calon yang didukung jadi korban ketidakadilan,” katanya, Jumat (27/11/2020).
Herlambang bilang, yel-yel semangat itu menunjukkan bahwa Banteng Ketaton seperti suporter fanatik.
“Kalau anda pernah lihat sepak bola di stadion antara Persebaya dan Arema atau sebaliknya atau tim lain, sering para suporter meneriakkan yel-yel,” terang dia.
Selain itu, ujarnya, juga merupakan bentuk kekecewaan relawan Banteng Ketaton terhadap Risma yang selama menjadi pemimpin Surabaya karena diusung PDIP tapi tidak pernah memberi kontribusi ke partai.
“Risma itu seperti kacang lupa kulitnya, jadi wajar kalau kami kecewa. 10 tahun Risma memimpin tapi tidak ada sedikitpun kontribusi ke partai, bahkan DPC PDIP Surabaya sampai sekarang kantornya masih ngontrak,” kata Herlambang.
Menurutnya, selama ini warga surabaya hanya tahu Risma dari sisi baiknya saja. Herlambang menegaskan, warga Surabaya tidak tahu sisi negatifnya. Herlambang bilang, dalam memimpin Pemkot Surabaya, Risma bertangan besi.
“Kami dulu yang berjuang memenangkan Risma menjadi Wali Kota Surabaya, dan kami pula yang begitu saja dilupakan oleh Risma. Kami paham betul seperti apa Risma yang selalu melupakan sejarah perjuangan,” katanya.
Imam Syafii Direktur Media dan Komunikasi (Dirkom) Tim Pemenangan Maju, Paslon Nomor 1 di Pilwali Surabaya urun berkomentar. Menurutnya sebagian besar relawan Banteng Ketaton adalah kader PDI Perjuangan.
Menurutnya, di Pilwali Surabaya 2010 dan 2015, relawan Banteng Ketaton telah memberikan dukungan total kepada Risma. Baik saat berpasangan dengan Bambang DH maupun saat berpasangan dengan Whisnu Sakti Buana.
Bahkan, pada Pilwali Surabaya 2010 lalu, kata Imam, mereka termasuk ”pasukan siap mati”. Mereka yang berada di garda depan ketika Pilwali Surabaya 2010 berujung pada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).
“Yel-yel itu muncul, mungkin karena saking kecewanya mereka kepada Risma. Bisa jadi itu adalah ungkapan spontanitas yang ada di luar kuasa kami,” kata Imam.
Imam mengaku tidak ingin mencampuri persoalan internal PDIP. Dia menegaskan, Tim Pemenangan Paslon Maju tidak pernah meminta Relawan Banteng Ketaton membuat video dengan yel-yel seperti itu.
“Justru yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka sebegitu marahnya kepada Bu Risma? Ada apa?,” kata Imam, sembari menyarankan kepada Risma Wali Kota Surabaya, yang juga Ketua DPP Bidang Kebudayaan PDIP, melakukan introspeksi.
Kembali dia tegaskan, Machfud Arifin maupun Mujiaman sejak awal tidak pernah mengarahkan relawan atau pendukung melakukan hal-hal yang tidak patut dalam kontestasi Pilwali Surabaya. Dia mengeklaim, Maju ingin Pilwali 2020 damai.
”Baik Pak Machfud maupun Pak Mujiaman selalu menekankan agar pendukung mengedepankan kampanye dengan cara cara yang baik,” ujar mantan jurnalis yang kini menjadi anggota DPRD Surabaya itu.
Meski demikian, kata Imam, sudah banyak laporan ke Bawaslu, kepolisian, dan KPK terkait dugaan penyalahgunaan wewenang baik oleh wali kota dan para pejabat Pemkot Surabaya untuk memenangkan salah satu Paslon.
“Pak Machfud dan Pak Mujiaman sudah menegaskan tidak akan curang, tapi juga tidak mau dicurangi. Sejak awal pasangan Maju berkomitmen menjadikan Pilkada Surabaya ini damai dan berintegritas,” kata Anggota DPRD Surabaya ini.
Berkaitan dengan video relawan Banteng Ketaton yang dia duga kecewa dengan Risma, dia menceritakan bahwa dia juga pernah beberapa kali kecewa dengan Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya saat menjadi Direktur Stasiun Televisi.
Menurutnya, Risma tidak pernah mau menerima kritik membangun yang dilayangkan lewat pemberitaan yang dilakukan awak media di stasiun televisi saat dia memimpin.
“Bu Risma kalau dikritik langsung marah dan minta wartawan yang meliput diganti,” ujarnya.
Menurutnya, cara-cara seperti itu tidak tepat. Imam sendiri pernah menginterupsi Risma dalam rapat paripurna DPRD Surabaya terkait masih maraknya mafia perizinan dan banyaknya kepala dinas yang rangkap jabatan di Pemkot Surabaya. (den/ang)